Friday, August 31, 2012

Sang Kecil



Kecil itu sederhana, indah, dan berarti.


Kecil itu bermakna...
Sesuatu tidak akan dikatakan besar ketika kecil tiada.


Kecil itu cantik...
Kecantikan bunga mawar tampak sempurna saat keadaan kuncup.


Kecil itu anggun...
Bonsai memiliki keunikan tersendiri yang khas bagi yang menyelami seninya.


Kecil itu mungil...
Seorang bayi senantiasa mendapat sentuhan kasih dari sang bunda, belaian sayang dari sang ayah, dan kecupan lembut dari orang-orang sekitarnya.


Namun kecil itu dahsyat...
Apresiasi akan lebih menggema ketika si kecil memenangkan persaingan melawan si besar daripada sebaliknya. Dan kitab suci telah mengabadikan kisah nabi Daud dengan Goliat sebagai i’tibarnya.
 

Itulah sang kecil, kecil tidaklah selalu kalah.

Thursday, August 30, 2012

Manajemen Income Ala M. Syafi’i Antonio





Perbedaan Kebutuhan (needs) dengan Keinginan (wants)

Sebelumnya kita perlu mengetahui perbedaan kebutuhan dan keinginan.

Kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan oleh manusia untuk mencapai kesejahteraan, namun jika tidak terpenuhi maka manusia akan merasa tidak sejahtera atau kurang sejahtera.

Sedangkan keinginan adalah sesuatu tambahan atas kebutuhan yang diharapkan dapat dipenuhi sehingga manusia tersebut merasa lebih puas. Namun bila keinginan tidak terpenuhi maka sesungguhnya kesejahteraannya tidak berkurang.

Sederhananya kebutuhan itu harus ada untuk kelangsungan kehidupan, sedangkan keinginan hanya bersifat tambahan.

Alokasi Pendapatan (Income)

  1. ZISWAF (Zakat, Infaq, Shodaqah, dan Wakaf)
ZISWAF ini jumlahnya 2.5% dari pendapatan. Anda harus mengeluarkannya segera setelah mendapatkan pemasukan. Jika tidak, seperti pengalaman banyak orang, Anda menunda terus dan bahkan Anda tidak akan pernah mengeluarkan.

Sebagai contoh; pemasukan Anda setiap bulannya adalah Rp. 5.000.000. Maka pengeluaran untuk ZISWAF adalah 2.5% x 5.000.000 = Rp. 125.000.


  1. Tabungan Darurat (Emergency Savings)
Jenis pengeluaran ini berfungsi untuk jaga-jaga di mana kita berada pada situasi yang membutuhkan uang secara mendesak seperti biaya berobat, kecelakaan, atau hal-haI yang mengharuskan tersedianya uang dengan segera pada masa sulit. Idealnya, tabungan darurat ini targetnya Rp. 15.000.000. Anda bisa mencicilnya sebesar 5% setiap bulannya.

Meneruskan contoh di atas. Besaran tabungan untuk mencicil per bulannya; 5% x Rp. 5.000.000 = Rp. 250.000


3. Investasi 



Pengalokasian dana untuk investasi ini sangat dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang. Masing-masing orang berbeda meskipun dengan pendapatan yang sama. Tergantung cara pandang terhadap kebutuhan (needs) dan keinginan (wants). Demikian juga seberapa jauh mereka mempersiapkan masa depan mereka.

Contoh sederhananya, seseorang sudah cukup memiliki satu buah hanphone. Namun bagi orang lain tidak demikian. Berikut juga terkait dengan merk handphone yang ia beli.

Dari pendapatan 5 juta tadi. Anda mungkin bisa mengalokasikan Rp 1.625.000 setiap bulannya untuk investasi. Bisa lebih besar atau lebih kecil dari itu. Seseorang tentu saja akan memberikan perhatian lebih besar ketika memiliki anak yang membutuhkan biaya pendidikan. Seperti biaya kuliah.


  1. Belanja
Belanja adalah pengeluaran terakhir setelah ketiga jenis pengeluaran sebelumnya sudah ditunaikan. Di sinilah Anda akan menghabiskan bagian terbesar dari pendapatan. Jika pemasukan Rp. 5.000.000 tadi dikurangi sudah dikurangi kebutuhan-kebutuhan di atas maka sisanya adalahRp. 3.000.000 yang bisa Anda gunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, tagihan, dan kewajiban cicilan lainnya.

Perlu diingan kembali, besar kecilnya dana yang akan Anda keluarkan untuk belanja ini sangat dipengaruhi oleh gaya hidup Anda.

Keterangan tambahan
  • Salah satu keutamaan sedekah adalah bertambahnya Rizki (Q.S Al-baqarah : 245 &261)  
  • Selain itu sedekah juga mensucikan jiwa (QS At-Taubah: 103)  
  • Sebaik-baiknya harta yang diinfakkan diperuntukkan kepada kedua orangtua, kerabat, anak yatim, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan (Q.S Al-baqarah : 215) 

Gemuruh Nafas



Ketika jiwa kering
Nurani mendamba sambutanMu
Dikala nafsu meronta
Tak lain hati selalu ingin menyapaMu

Gelora mulai merajai
Kenyataan terpukul imajinasi
Terhampar rayuan itu
Berpaling sebatas merengek

Terus melawan kefanaan pasti
Mencoba mengarah kebahagiaan hakiki
Tiada bisa selain bergeming
Tiada kuasa kecuali terpelanting

Ya Rahman...

Penggenggam jiwa
Penguasa kehendak
Sang pencipta gelora

Tiada henti hamba menyungkur kepadaMu

Engkaulah dzat maha segalanya
Keagunganmu tiada kesanggupan penggambaran
Hamba terus dan terus mengeluh di hadapMu
Mencoba berlari untuk selalu memohon petunjukMu

Wednesday, August 29, 2012

Marketing Cinta...



Suara dari sudut berbeda...

Berjalan di posisi yang tak sama...

Satu kesamaan pada getaran...

Dengan gerak-gerik serupa...


Ada yang berjalan...

Ada yang mencoba berlari...

Tidak sedikit pula yang tertatih...

Terjatuh, tersungkur, dan terkoyak...


Demi mengejar cinta...


Rasa yang menjadi fitrah manusia...

Dibedakan dengan persepsi...

Diperkuat akan pengetahuan...

Diterjemahkan melalui realisasi yang berwarna...

Itulah yang mereka perjuangkan...


Berprilaku untuk memperlancar transaksi rasa...

Mereka bebas memaknainya...

Namun kebenaran hakiki dan universal senantiasa sinergis dengan ketentuan yang diberikan Allah...

Marketing manakah yang kau pilih untuk kebahagiaan abadi...

Yang selalu dalam ridhoNya...

Tuesday, August 28, 2012

Fitrah Manusia




Cukup sering terdengar melalui telinga kita atau bahkan kerap kali terlontar dari lisan kita sendiri ketika hendak menjelaskan sesuatu maksud asal kejadian manusia, yakni kata fitrah. Fitrah juga banyak disebut-sebut kondisi dikala selesai menunaikan suatu amalan pembersihan diri (puasa, zakat) hingga menuju keadaan di mana seseorang terbebas dari tanggungan dosa yang telah dilakukan (kemenangan). Namun sebenarnya apakah fitrah itu?
Dalam kamus bahasa Indonesia fitrah didefinisikan sebagai keadaan yang masih asli atau suci. Pada intinya fitrah merupakan asal muasal kejadian dan merupakan citra alami manusia yang bersifat kodrati.

Semua manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat baik, bersikap santun, mempunyai rasa saling mengasihi, dan berperilaku positif lainnya, yang kesemuanya merupakan sikap ketaatan kepada Allah SWT. Di sisi lain potensi untuk berbuat buruk, ingkar, memberontak, dan sebagainya juga melekat pada diri manusia.

Firman Allah dalam surah Asy-syam ayat 8:

Faalhamaha fujuroha wataqwaha
”Maka Dia (Allah) mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketaqwaannya.”
(QS. Asy-Syam : 8)

Kebaikan dan kejahatan merupakan fitrah yang dimiliki oleh masing-masing insan, dan sewaktu-waktu akan muncul salah satunya yang selanjutnya menjelma menjadi prilaku. Sehingga bisa dikatakan sebagai potensi relatif.

 
Ibarat sebuah kendaraan, kemudi ada di tangan kita. Kemanakah kendaraan tersebut diarahkan pengemudi yang menyetirnya. Sikap mana yang akan dipilih dari kedua kecenderungan (kejahatan dan ketaqwaan) kitalah yang punya andil besar dalam menentukannya. Karena di dalam tubuh manusia sudah dilengkapi dengan instrumen yang berwewenang menentukan pilihan saat menerima tawaran ilham. Interpretasi terhadap ilham itu yang nantinya akan menelurkan perbuatan baik atau buruk.

Rasulullah SAW bersabda :

Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada sekerat daging, jika ia baik, baiklah jasad seluruhnya, dan jika ia rusak, rusaklah jasad seluruhnya. Ingatlah, itu adalah hati.
(HR. Bukhari & Muslim)

Kemanakah kita akan berjalan, hati yang akan mengarahkan, di manakah tempat yang akan dituju, otoritas pilihan juga ada di hati. Kehendak hati ini pula lah selanjutnya memerintahkan otak untuk berpikir metode manakah yang akan dijalankan untuk memenuhi kehendak hati tersebut. Sehingga berbuah perilaku yang dimaksudkan.

Vitalnya peran hati memaksa manusia untuk benar-benar mengarahkan kehendak yang akan muncul. Sepintas terlihat agak sulit memang tetapi harus dipaksakan, besarnya dampak yang akan terjadi itulah, keteguhan mengelola hati menjadi sebuah keharusan. Uniknya, kita yang mempunyai hati, namun sering kali tidak mengerti maksud dan keinginan yang terlintas serta fenomena-fenomena yang bergejolak di dalamnya.

Firman Allah di dalam Al-Qur’an :

”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar Ra’d : 28)

Dzikir (ingat) kepada Allah menjadikan kita mendapat bimbingan dan pencerahan dari dzat yang maha pemberi petunjuk. Selain itu dzikir yang berupa tafakur akan semakin mengarahkan kita pada jalur ketaqwaan.

Seperti firman Allah dalam surah Ali Imron ayat 190-191 :

”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian siang dan malam terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ya tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; maha suci Engkau, lindungilah kami dari adzab neraka.”
(QS. Ali Imron : 190-191)

Dengan berdzikir berarti menumbuhkembangakan pilihan dalam ketaqwaan yang pada akhirnya menghasilkan amal shalih.

Demikian manusia dengan segala keunikannya, kekurangannya, dan potensi-potensinya dalam kebaikan maupun keburukannya. Setiap orang berharap agar menjadi lebih baik dalam sikap dan perilakunya, masing-masing manusia mendambakan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Keinginan-keinginan tersebut tentu saja harus sinergis dengan jalan hidup yang ditempuh, beserta dengan konsekuensi-konsekuensi yang harus dijalankan pada setiap pilihannya. 

Oleh karena itu, menjalani fitrah sebagai manusia yang dalam hatinya tak jarang dihadapkan pada polemik dan persoalan dilematis, kita yang merupakan manusia lemah, maka hendaknya senantiasa memohon bimbingan dan petunjuk dari sang penguasa hati sesungguhnya, Allah SWT. 

Wallahu a'lam bi showab.