Saturday, January 19, 2013

Miripkah lagu-lagu ini dengan lagu-lagu Jepang?


Saya suka mendengarkan lagu-lagu berbahasa Jepang. Termasuk juga lagu-lagu OST anime, sebutan kartun Jepang. Selain dari segi bahasa yang menurut telinga saya unik, nada musiknya juga cukup ears-cathing. Lebih jauh lagi, rata-rata lirik lagunya sangat inspiratif sejalan dengan cara penyampaiannya yang penuh semangat. Walau pun tidak semua lagu-lagu Jepang seperti itu tentunya. Tetapi saya yakin tidak sedikit yang sependapat dengan saya.

Sebagai orang Indonesia, saya juga penikmat lagu-lagu lokal. Banyak penyanyi Indonesia yang berkualitas dan digemari tidak hanya oleh orang-orang di negeri sendiri.

Ketika mendengarkan lagu-lagu Jepang, saya merasa ada beberapa lagu-lagu Indonesia yang mirip dengan lagu-lagu Jepang. Bisa saja saya salah, atau mungkin juga Anda sepakat dengan saya.

Berikut ini adalah lagu-lagu Indonesia dan lagu-lagu Jepang yang mirip.

  1. Samsons – akhir rasa ini & Kouji Wada – innocent (mujaki na mama de) OST Digimon
Kemiripan terletak pada reff. Bedanya, lagu Jepang terdengar lebih nge-beat.

 

 


  1. Kertas Band – Kekasih yang tidak dianggap & V6 – Change the world (OST Inuyasha)
Ini juga terletak pada reff. Seperti halnya Samsons, lagu punya kertas band cenderung lebih slow.



  1. J-Rocks - Selamat tinggal kekasihku & L’arc~en~ciel – Natsu no yuutsu (time to say goodbye)
Banyak yang sudah memaklumi jika J-Rocks adalah band Indonesia yang ke-Jepang-jepang-an. Nama J-Rocks yang meskipun diakui kependekan dari Jakarta-Rocks, namun J-Rocks dari dulu sudah identik dengan Japanese-Rocks.

Bukan hanya soal lagu ini atau lagu-lagu J-Rocks lainnya, cara berpakaian sampai gaya di panggung para personilnya  sudah satu madzhab dengan L’arc~en~ciel.




Banyak yang yang mencemooh dengan mengatakan para musisi kitalah yang menjiplak hasil karya musisi Jepang. Seperti band-band Indonesia lainnya yang diisukan serupa. Tidak sedikit pula yang membela itu bukan bentuk plagiat, melainkan inspirasi. Batasan plagiat dan inspirasi tidak terlalu jelas, masih sangat subjektif. Setiap pendengar memiliki pendapat sendiri. Itu merupakan hak segala bangsa :D.
Seperti halnya dalam pertandingan sepakbola, penonton selalu merasa lebih pintar dari pemain.

Menurut saya sih mereka tetap harus diapresiasi. Karena mereka menciptakan karya-karya yang nyata, betapa pun itu. Sebuah roti tidak serta merta jadi roti, pasti ada bahan, ada resep, dan ada upaya untuk membuatnya. Nah, apresiasi bukan hanya terletak pada enak tidaknya rasa roti, tetapi juga pada proses pembuatan dan pengorbanan yang telah dijalani.

Ada juga yang beranggapan kalau musisi baik grup band atau penyanyi solo yang dijiplak, sebenarnya juga mencontoh musisi-musisi yang sudah ada sebelumnya.

Memang tidak ada sesuatu yang baru. Yang ada hanyalah mereka terinspirasi, meneruskan, atau mencoba untuk beda dari yang sudah ada. Berarti sama dengan terinspirasi dong. Terinspirasi untuk tampil beda namanya. hehehe :D

Anda punya pendapat lain? Silahkan.
Atau malah mau nambahin? Monggo.