Tuesday, August 14, 2012

Menghidupkan Hidup






Bukan hidup jika berjalan tanpa perkembangan di tiap detik yang dihabiskannya

Pengetahuan dan pengalaman baru selalu dituntut kehadirannya
Seperti kuncup mawar yang perlahan membukakan keindahan pesonanya
Atau ulat yang terus mengarungi waktu untuk menjadi kupu-kupu dengan sayap kebanggaannya

Setiap raga berjiwa harus bergerak maju atau berjalan naik
Dunia yang terus berputar seakan mengisyaratkan untuk siap terpental jika berdiam diri
Semuanya berlari, terpacu, dan terdesak di kompetisi yang sedang berjalan

Tampak melelahkan bahkan kerap menyakitkan
Akan lebih menyakitkan tersadar kala diri mulai melemah
Perubahan merupakan kodrat alam dan kebutuhan manusia
Kebahagiaan tercipta bila ada harmonisasi keduanya

Karenanya memberi arti dan pemahaman baru di setiap nafas itulah makna hidup sesungguhnya

Kuali Besar

Pagi itu Lutva tampak berpikir keras. Terlukis tiga garis yang cukup jelas berkerut di dahinya. Sambil jari telunjuk kanannya memencet pelipis kanannya, ia berharap menemukan jawaban atas apa yang sedang mengganjal di pikirannya. 

Kebingungannya berawal ketika ibunya membawakannya ikan yang berukuran besar. Ikan itu dibeli dari pasar subuh yang cukup jauh dari rumahnya. Saat itu ibunya terburu-buru untuk mengambil belanjaan lainnya yang tertinggal di pasar. Lutva diminta sang ibu untuk menggoreng ikan yang masih segar tersebut. Lutva memang sering melihat ibunya menggoreng ikan. Baginya pekerjaan itu cukup mudah. Meskipun ia belum pernah melakukannya sendiri sebelumnya. Kesempatan itu tak ingin disia-siakan gadis berumur sembilan tahun itu untuk membuktikan bahwa ia layak diandalkan.

Ikan merupakan makanan kesukaannya. Sejak kecil ia selalu meminta agar ibunya menyediakan ikan goreng di setiap menu sarapan. Namun ia tidak pernah membayangkan jika sekarang makanan yang selalu menjadi favoritnya itu mengharuskan ia untuk berpikir. 

Meski seringkali ia melihat ibu memasak ikan, namun ada sedikit perbedaan yang ia lihat kali ini. Ikan itu berbeda dari ikan yang biasa dibeli ibunya. Ukurannya cukup besar jika untuk dimakan sendiri dan terlalu lebar untuk digoreng dengan menggunakan kuali biasa.

“Aku harus mencari kuali besar.” pikirnya.

Lutva segera menuju dapur dan mulai membongkar-bongkar peralatan masak di dalam lemari dapur. Sekian menit ia sibuk dengan membolak balik perkakas dapur, ia tetap belum menemukan kuali yang ia butuhkan. Ide yang terlintas dalam pikiran mengarahkannya untuk meminjam ke tetangganya. Bergegas ia lari menuju rumah bu Rohmah, tetangga terdekat yang tinggal sebelah kiri rumahnya.

“Permisi Bu, bolehkah saya pinjam kuali yang besar?” pinta Lutva.

Wanita separuh baya itu menoleh dan menyahut,

“Apakah yang kamu cari seperti itu?” tunjuk bu Rohmah ke benda yang menggantung di tembok dapur.

“Bukan Bu, mungkin ada yang lebih besar lagi dari itu?” lanjut Lutva.

Bu Rohmah menggelengkan kepala sambil senyum. Lutva selanjutnya menuju rumah kedua. Kali ini ia berharap akan mendapatkan kuali yang ia maksudkan. Sayang hasilnya pun tidak jauh berbeda. Tetapi ia tidak berhenti di situ. Ia terus mencari sampai ia benar-benar menemukan benda yang bisa digunakan untuk menggoreng makanan kesukaannya. 

Sudah lima rumah ia datangi. Tak satu pun dari mereka memiliki kuali besar. Ia memutuskan untuk pulang. Ia menunggu ibunya pulang dari pasar dan berharap membawa kuali besar. Lutva duduk di meja makan. Matanya tak henti-hentinya memandang ikan sambil membayangkan jika ikan itu sudah matang.

Tak selang lama ibunya datang. Sebelum ia mengeluhkan sulitnya mencari kuali besar, sang ibu mendahuluinya,

“Kenapa ikannya belum digoreng?” 

“Aku belum menemukan kuali besar yang cukup untuk menggoreng ikan itu Bu.” kata Lutva dengan wajah sedikit putus asa. 

Lutva menceritakan apa yang telah ia lakukan untuk menemukan kuali besar. Sang ibu hanya tersenyum dan membungkukkan badan di depan Lutva. Wajahnya menghadap lurus dengan wajah Lutva yang tampak basah oleh keringat itu. 

“Sayang, kamu tidak harus mempunyai kuali besar untuk bisa menggoreng ikan yang besar.” kata ibu lembut.

Lutva masih bingung dengan pernyataan ibunya. Ia penasaran bagaimana ikan sebesar itu bisa matang kalau menggoreng dengan kuali kecil yang ada di dapurnya. Ibu menangkap raut muka polos putrinya yang masih belum mengerti itu.

“Kamu tetap bisa menggorengnya dengan kuali kecil yang kita miliki. Caranya potong dulu ikan itu menjadi ukuran kecil-kecil dengan pisau, lalu tinggal goreng deh.”
“Oh, iya!” sahut Lutva sambil menepuk pelan kepalanya.

Lutva mengangguk. Ia terlihat lega. Hari itu Lutva mendapatkan pelajaran berharga. Ia memahami bahwa banyak cara untuk menyelesaikan pekerjaan. Selalu ada cara kedua jika cara pertama tidak berhasil. Seperti halnya yang ia pahami bahwa tidak harus mempunyai kuali besar untuk menggoreng ikan yang besar. 

Selain itu, ia juga menyadari bahwa sesuatu yang dimilikinya adalah yang terbaik dan sudah cukup untuk menyelesaikan persoalan yang ia hadapi.

Sihir ala OVJ

OVJ (Opera Van Java) merupakan acara komedi yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Program yang disiarkan di salah satu televisi swasta itu mengusung format pewayangan orang. Begitu populernya acara tersebut membuat para pemainnya dikenal di seantero tanah air. Lantas apa yang menjadikan acara yang disiarkan 5 hari dalam seminggu itu mampu menyihir masyarakat Indonesia?

Keberagaman karekter

Personil utama OVJ terdiri dari 5 orang. Parto sebagai dalang dan Andre, Sule, Aziz, serta Nunung yang berlakon sebagai wayang. Kelima personil memiliki warna tersendiri. Parto dan Nunung adalah orang Jawa, Sule dan Aziz orang Sunda, sedangkan Andre adalah orang Batak. Komposisi tersebut memberikan kelucuan tersendiri manakala seorang wayang mencoba berbicara bahasa daerah yang bukan merupakan bahasa ibunya, seperti ketika Sule yang merupakan orang sunda tulen memaksa diri berbicara bahasa Jawa. Hasilnya tentu sudah kita perkirakan. Tak ada perbendaharaan lain yang keluar dari mulutnya selain. “ora opo-opo”, “wani piro”, “ngapusi”, “ojok nesu” .
 
Perbedaan karakter yang melekat pada masing-masing wayang menyuguhkan kekocakkan yang menggelitik. Andre yang masyhur sebagai calon wali kota gagal adalah wayang spesialis menggombal dan bernyanyi. Sule dengan hidung mancung ke belakang merupakan spesialis penyanyi dadakan dan ahli olah air muka. Aziz yang gemar dalam penyamaran tokoh terkenal maupun sama sekali tak dikenal. Nunung yang merupakan satu-satunya wayang perempuan adalah spesialis hantu dan kerapkali ngompol manakala tak kuat menahan tawanya. Dan parto sendiri adalah sosok dalang yang menjadi langganan request penonton untuk menjelma menjadi Ariel Peterpan sekenanya.

Kreatif

Gombal telah menjadi tren saat ini. Bahkan adalah salah satu stasiun televisi swasta yang membuat program yang berjudul raja gombal. Personil OVJ yang jago nggombal sekaligus mempopulerkan permainan kata yang ditujukan untuk merayu adalah Andre. Berikut merupakan salah satu contoh gombalan yang pernah dipakai Andre terhadap “korban”-nya. Andre : “Kamu habis ini mau pergi ke mana?” Korban : “Nggak ke mana-mana, emang kenapa?” Andre : “Kalau gitu pergi ke hatiku aja.” Kejepit (terjepit) merupakan lelucon yang dengan sengaja meletakkan tangan atau bagian tubuh lainnya pada suatu benda seperti pintu, kursi, atau properti lainnya yang tentunya tidak berbahaya karena terbuat dari bahan sterofoam.

Setiap wayang memiliki ciri khas tersendiri dalam melakukan adegan lelucon ini. Andre yang dikenal dengan teriakan “cia-cia-cia”, Parto yang mematenkan “watau-watau”-nya, dan Aziz yang mengambil cara “wataaaau” sebagai ekspresinya. Untuk melakukan lelucon ini, minimal ada 3 orang. Dua orang sebagai aktor utama, dan seorang lagi menjadi korban. Aktor utama bersekongkol untuk menjalankan rencana. Setting dari adegan ini disesuaikan sesuai dengan cerita yang mau dibuat. Yang jelas ketiganya harus berada di tempat yang sama dan berdekatan.

Contoh adegan ini ketika Deddy Corbuzier (yang waktu itu sebagai dalang tamu) menjadi korban. Sebagai aktor utamanya Andre dan Aziz; Andre : “tok...tok...tok...!” Aziz : “Eh, Pak Haji. Ada apa?” Andre : “Mau nyari lampu ada?” Aziz : “Oh, kebetulan ini ada lampu taman.” (sambil nunjuk kepala Deddy) Ini salah satu adegan yang ditunggu-tunggu sebagian penonton. Ini dilakukan dengan mendorong paksa korban atau menjebaknya untuk duduk di kursi “bohongan”. Properti yang digunakan tentunya terbuat dari bahan lunak (sterofoam)

Inovatif

Cerita-cerita yang dihadirkan dalam OVJ selalu segar dan beragam di setiap episodenya. Mulai dari cerita-cerita lokal, tradisional atau modern, hingga cerita-cerita yang berasal dari luar negeri. Hadirnya bintang tamu di OVJ memberikan warna tersendiri. Selain itu, ini juga memberikan job kepada bintang tamu itu sendiri. Bintang tamu adalah public figure dari berbagai latar belakang mulai dari penyanyi, pemain film atau sinetron, olahragawan, hingga para politisi,tentunya memiliki fans masing-masing, sehingga kehadiran mereka akan berperan sebagai magnet.

Spontanitas

Ini adalah sihir terkuat yang ada pada OVJ. Meskipun naskah cerita sudah ditentukan, tapi ketika pementasan berlangsung selalu melenceng dari skenario. Tak jarang ketika sang dalang adalah bintang tamu, mereka dibuat kesal olehnya. Properti yang ada di panggung dibuat memang untuk dirusak. Selain untuk adegan “dorongan”, properti tersebut acap kali di ambil (sebagian atau seluruhnya) untuk dijadikan alat-alat tertentu. Misalnya tiang listrik digunakan sebagai rokok, pegangan kursi untuk korek, meja sebagai alat musik, dan sebagainya. Para wayang di OVJ tampaknya sudah menyatu dan mengenal karekter masing-masing. Ini membuat mereka begitu kompak di setiap adegan. Terlihat ketika salah seorang wayang menggunakan properti tertentu sebagai rokok, segera tanpa diminta wayang yang lain mengambil properti secara acak untuk dijadikan sebgai korek.

Dekat dengan penggemar

Sebagaimana pedagang yang ingin mempertahankan pelanggan, manajemen OVJ menggunakan Roadshow sebagai cara memupuk loyalitas sekaligus lebih dekat dengan penonton. Dan sambutan yang diterima tidak pernah mengecewakan. Mulai dari kedatangan yang disambut bak presiden, sampai antusias warga setempat yang tidak pernah menyisakan ruang kosong di lapangan tempat digelarnya pagelaran. Pernah juga cerita yang dibawakan merupakan kiriman dari pemirsa. Dan pihak manajemen membuka kesempatan bagi pemirsa yang lain untuk mengirimkan ide-ide cerita.

Begitulah kurang lebih sihir yang dimiliki OVJ. Patut menjadi kebanggaan bagi masyarakat Indonesia, karena masih sangat jarang program buatan anak negeri yang mampu menyita perhatian semua kalangan di negeri ini.