Monday, January 21, 2013

Memahami Tujuan Berbisnis/Bekerja (1)



Memahami bisnis/pekerjaan dalam tinjauan ibadah dan jihad berkenaan dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Maqsood (2003) menguraikan perihal tujuan yang dimaksud :

1. Berbisnis (bekerja) sebagai bagian dari kewajiban yang diperintahkan Allah Swt. Islam menciptakan hubungan langsung antara bekerja dan perwujudan ketaatan seseorang terhadap Allah. Keduanya sama-sama perlu dan penting. Seseorang yang menghabiskan seluruh waktunya melaksanakan ritualitas ibadah dan menyandarkan kebutuhan sehari-hari kepada kemurahan orang lain bukan termasuk seorang muslim yang baik. Begitu pula seseorang yang menghabiskan waktunya untuk bekerja semata. Allah telah berjanji dalam firman-Nya,

“Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang yang beramal.”
(Q.S. Âli ‘Imrân (3): 136).
2. Bekerja sangat menentukan martabat seorang manusia. Rasulullah Saw menekankan pentingnya martabat, nilai pribadi, dan harga diri. Martabat setiap muslim dapat diraih apabila memperoleh penghasilan sendiri secara halal setidaknya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

“Tidak ada makanan yang lebih baik untuk dimakan oleh seseorang kecuali apa yang dihasilkan dengan jerih payahnya sendiri.”


3. Bekerja atau berbisnis merupakan sarana untuk melayani kebutuhan sehari-hari masyarakat. Islam memandang masyarakat muslim sebagai satu kesatuan ekonomi dan sosial yang esensial. Secara ekonomi, manusia memang saling menunjukkan ketergantungan. Rasulullah Saw meminta kita untuk bekerja secara jujur, berkualitas, dan mandiri karena akan menguntungkan kita dan juga masyarakat. Rasul bersabda,
“Bekerjalah dengan kedua tanganmu sendiri karena itu akan menguntungkan bagimu sebagaimana kamu telah beramal (untuk sesama).”


Sumber : http://www.syafiiantonio.com/index.php?content=isi&&id=101&&nid=18

Melawan Flu dan Batuk


Nurvita Indarini - detikHealth
Senin, 21/01/2013 09:30 WIB

Flu dan batuk banyak dialami saat musim hujan seperti sekarang ini. Meski bukan penyakit yang tergolong berat, namun tetap saja bisa mengganggu produktivitas kerja. Nah, agar flu dan batuk tidak menyerang, ada beberapa hal yang perlu dilakukan.

Berikut ini 6 cara mudah untuk menghindari serta mengobati flu dan batuk, seperti dikutip dari Times of India, Senin (21/1/2013):

1. Pilih Suppressant Atau Ekspektoran

Jika Anda batuk, identifikasilah batuk apa yang Anda derita. Hal ini penting untuk menentukan obat batuk apa yang paling tepat untuk Anda konsumsi. Ada dua jenis batuk yang dikenal yakni batuk kering dan batuk berdahak.

Batuk kering memerlukan obat batuk suppressant yang akan mengurangi dorongan untuk batuk. Sedangkan bila Anda mengalami batuk berdahak, maka obat yang paling cocok adalah ekspektoran. Sebab ekspektoran membantu melonggarkan dahak dan bisa meredakan batuk.

2. Makan Makanan Pedas dan Hangat

Makanan seperti cabai, jahe, bawang putih dan lada hitam yang pedas dapat membantu jika Anda mengalami gejala flu dan batuk. Makanan tersebut bisa membantu mengurangi lendir sehingga membuat Anda lebih mudah bernapas. Mengkonsumsi makanan pada suhu tinggi juga membantu karena panas membunuh bakteri berbahaya yang dapat memperburuk kondisi Anda.

3. Menghirup Uap Panas

Menghirup uap air panas merupakan pengobatan rumah yang baik dan termudah untuk meringankan hidung tersumbat. Jadi panaskanlah air, lalu tambahkan minyak kayu putih dalam air tersebut, kemudian hiruplah uapnya. Uap ini mampu mengurangi lendir di hidung sehingga membuat Anda lebih mudah bernapas.

4. Konsumsi Buah, Sayur, dan Jus

Mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin dan mineral seperti sayur dan buah dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh. Jus dan minuman hangat juga disarankan dikonsumsi selama sakit.

5. Susu dan Kunyit

Kunyit sudah lama dikenal sebagai obat. Sedangkan susu diketahui merupakan penyempurna makanan yang lengkap dengan nutrisi tinggi. Segelas susu hangat dengan sesendok kunyit yang dikonsumsi 2-3 kali sehari konon efektif membantu melawan pertumbuhan bakteri yang disebabkan batuk dan bisa melonggarkan dahak.

6. Olahraga Teratur

Olahraga secara teratur mampu membantu Anda tetap sehat secara fisik dan meningkatkan kekebalan tubuh. Olahraga teratur juga mampu membantu seseorang menghindari penyakit dan menjaga kesehatan.

Sumber : http://health.detik.com/read/2013/01/21/093031/2147940/766/katakan-tidak-pada-flu-batuk-dengan-6-cara-mudah-ini?l992203755

Wah, Berbohong Berdampak Pada Kesehatan!



AN Uyung Pramudiarja – detikHealth
Senin, 21/01/2013 08:38 WIBv

Kegemukan bukan hanya disebabkan oleh terlalu banyak bakan, tetapi juga terlalu banyak bohong. Penelitian membuktikan, orang-orang yang banyak menyimpan rahasia dan kebohongan berat badannya cenderung mudah meningkat tanpa disadari.

Percaya atau tidak, kondisi psikologis seseorang sangat erat hubungannya dengan kesehatan secara fisik. Termasuk ketika orang banyak berbohong, maka rahasia-rahasia yang tersimpan di kepalanya akan membebani pikiran dan akhirnya berdampak secara fisik.

Beberapa dampak kesehatan akibat sering bohong adalah sebagai berikut, seperti dikutip dari MensHealth.com, Senin (21/1/2013):

1. Selalu tertekan
Saat seseorang memegang rahasia, secara natural pikirannya akan berusaha menjaga rahasia itu agar tidak terungkap pada waktu yang tidak terpat. Masalahnya, pikiran seperti itu hanya akan membuat orang tersebut semakin tidak bisa melupakannya.

Penelitian di Journal of Personality and Social Psychology menunjukkan orang yang disuruh untuk tidak memikirkan beruang putih justru lebih susah menyingkirkan beruang putih dari pikirannya. Dalam kondisi tertekan seperti itu, seseorang akan mengalami gejala post-traumatic stress disorder, depresi, serta gangguan obsesif kompulsif.

2. Susah fokus
Menyimpan rahasia efeknya sama seperti lampu yang menyilaukan atau rekan kerja yang menyebalkan. Dalam sebuah studi, mahasiswa yang diminta menyimpan sebuah rahasia lebih lambat dalam mengerjakan tes di komputer. Alasannya, memikirkan secara aktif agar rahasia itu tidak terungkap sangat mengganggu konsentrasi.

3. Cepat gemuk
Efek ini mungkin jarang diperhatikan, namun bisa dijelaskan oleh hasil penelitian di Tufts University. Menurut penelitian itu, sebuah aktivitas fisik akan terasa lebih berat dari yang sebenarnya ketika seseorang banyak menyimpan rahasia. Misalnya, menyusuri tebing jadi tampak lebih terjal.

Saat seseorang berbohong, bagian otak yang berhubungan dengan rasa terbebani secara fisik akan terpengaruh. Tidak hanya terbatas pada persepsi, namun secara fisik akan mengalami penambahan beban dalam bentuh berat badan.

4. Memperpendek usia
Berbagai penelitian membuktikan betapa bahayanya menyimpan banyak rahasia. Korban Hollocaust atau pembantaian etnis Yahudi di masa perang dunia II cenderung lebih sehat ketika mau terbuka saat diwawancara. Pasien HIV yang tidak mau mengakui kalau dirinya homoseksual cenderung meninggal lebih cepat dibanding yang terang-terangan mengakui.

Sumber : http://health.detik.com/read/2013/01/21/083828/2147907/763/hati-hati-banyak-bohong-juga-bisa-bikin-gemuk?l992205755

Proses Pembentukan Hujan


Akhir-akhir ini diberbagai media, baik media cetak maupun media elektronik berupa televisi dan internet sesak diisi oleh berita banjir yang melanda  Jakarta dan sekitarnya. Ya, bulan Januari memang musim penghujan dalam penanggalan iklim di Indonesia. Terlebih lagi orang Indonesia memiliki pengertian khusus untuk bulan Januari, yakni Januari adalah hujan sehari-hari.

Mengenai proses terbentuknya hujan, saya yakin sudah banyak dari kita yang memahami. Atau setidaknya mengetahui sedikit tentangnya. Tapi tidak ada salahnya kita menyimak kembali sambil merenungkan proses terjadinya hujan untuk diambil pelajaran darinya.

Berikut ini pemaparan khas dari ilmuan dan pemikir islam asal Turki Adnan Oktar, atau yang lebih dikenal dengan nama penanya Harun Yahya.

Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan..

Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, "bahan baku" hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat.

Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan,
"Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira" (Al Qur'an, 30:48)
Kini, mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.

TAHAP KE-1: "Dialah Allah Yang mengirimkan angin..."

Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut "perangkap air".

TAHAP KE-2: “...lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal..."

Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.

TAHAP KE-3: "...lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya..."

Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.

Dalam sebuah ayat, informasi tentang proses pembentukan hujan dijelaskan:

"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan- gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (Al Qur'an, 24:43)
Para ilmuwan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang mengambil bentuk tertentu, terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-tahap pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut:

TAHAP - 1, Pergerakan awan oleh angin: Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh angin.

TAHAP - 2, Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.

TAHAP - 3, Pembentukan awan yang bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es, dsb. (Anthes, Richard A.; John J. Cahir; Alistair B. Fraser; and Hans A. Panofsky, 1981, The Atmosphere, s. 269; Millers, Albert; and Jack C. Thompson, 1975, Elements of Meteorology, s. 141-142)

Kita harus ingat bahwa para ahli meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui proses pembentukan awan hujan ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya, dengan menggunakan peralatan mutakhir seperti pesawat terbang, satelit, komputer, dsb. Sungguh jelas bahwa Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui 1400 tahun yang lalu.

MEMAHAMI SUNNATULLAH SEBAGAI ‘CARA KERJA’ ALLAH




  
Perbedaan diantara kita sudah menjadi sebuah keniscayaan. Karena, ini adalah Sunnatullah. Hukum Allah, yang dikenal pula sebagai ’hukum alam’ oleh orang-orang yang tidak menjadikan Islam sebagai pegangan hidupnya. Ya mereka menamakannya sebagai The Law of Nature, sedangkan kita menyebutnya sebagai The Law of God. Meskipun, tanpa mereka sadari, sebenarnya mereka menggunakan hukum Allah, yang terbentang sebagai ayat-ayat Kauniyah. Ya, memang, sunnatullah bekerja tidak hanya untuk umat Islam, melainkan untuk semua makhluk-Nya di alam semesta.

Gravitasi Bumi adalah hukum alam, Kekekalan Energi adalah hukum alam, Elektromagnetik, Nuklir, ekosistem, sosial-politik, budaya, ekonomi, dan semua hukum di sekitar kita adalah hukum alam. Yang sekaligus hukum Tuhan. Semua berada di dalam Grand Law, yang bekerja berdasar hukum keseimbangan. Karena, ternyata alam semesta ini diciptakan oleh-Nya dengan menggunakan sistem keseimbangan dinamis.

Jika alam sekitar mengalami ketidak-seimbangan, ia akan dengan sendirinya ’mencari jalan’ untuk menyeimbangkan diri lagi. Gunung meletus, banjir bandang, tanah longsor, tsunami, angin badai, perampokan, pencurian, pembunuhan, penyakit, demonstrasi, bangkrutnya rezim ekonomi dan politik, dan semua peristiwa di sekitar kita, tak lebih adalah sebuah mekanisme keseimbangan dinamis itu. Sunnatullah, yang sudah bekerja seiring dengan proses penciptaan sejak dulu kala.

QS. Ar Rahman (55): 7
Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keseimbangan).

QS. Al Mulk (67): 3
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?

QS. Al Infithaar (82): 7
Yang telah menciptakan kamu, lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang,

Ya, seluruh alam semesta bekerja menurut hukum keseimbangan itu. Barang siapa menabrak keseimbangan sistem maka ia bakal ‘terpelanting’ seiring dengan besarnya usaha yang dia lakukan. Dan barangsiapa ’menyatu’ dalam keseimbangan alam semesta, maka ia akan memperoleh ’harmoni’ yang besarnya berlipat kali dibandingkan usaha yang dia lakukan. Dalam istilah al Qur’an: siapa berbuat jahat akan kembali kepada dirinya, dan siapa berbuat baik juga akan kembali kepada dirinya. Itulah Sunnatullah. Dan sunnatullah tidak akan berubah sampai hancurnya alam semesta.

QS. Al Qashash (28): 84
Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.

QS. Al Mukmin (40): 40
Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat (menabrak keseimbangan), maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal kebajikan (harmoni dalam keseimbangan) laki-laki maupun perempuan, sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa perhitungan lagi.

QS. Al Fath (48): 23
Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu kala, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.

Maka, agaknya kita perlu menyetel mind set alias pola pikir kita kembali tentang cara kerja alam, alias cara kerja Allah ini. Hukum alam tidak berubah sampai akhir zaman. Dengan hukum yang stabil inilah manusia bisa memahami mekanisme kerja alam, sekaligus Sang Pencipta.

Bagaimana Allah menciptakan alam semesta. Bagaimana Allah menciptakan manusia. Bagaimana Allah menciptakan malaikat, jin, hewan, tumbuhan, dan benda-benda seluruhnya. Bagaimana Allah menciptakan seluruh peristiwa kehidupan. Bagaimana pula Allah memelihara dan menjalankan keseimbangan antara semua komponen di dalamnya.  Lantas, bagaimana kelak akan menghancurkan serta melenyapkannya kembali.

Kadang-kadang ada diantara kita yang berpikir bahwa manusia telah mengintervensi sunnatullah? Atau, bahkan ada yang berpendapat bahwa sesuatu bisa terjadi di luar sunnatullah. Sesungguhnya, tidak ada satu pun kejadian bisa terjadi di luar sunnatullah. Selama peristiwa itu terjadi di dalam alam semesta, ia pasti berjalan mengikuti sunnatullah.

Apakah benda yang jatuh ke atas, misalnya, adalah sunnatullah? Tentu saja. Karena, ia menghasilkan gaya ’anti-gavitasi’. Apakah, laut terbelah adalah sunnatullah? Tentu saja, karena terjadi Tsunami misalnya. Apakah seseorang yang tak mempan dibakar itu juga sunnatullah? Tentu saja, karena tubuh manusia bisa menghasilkan ’jaket elektromagnetik’ yang bisa melindungi tubuhnya dari energi panasnya api. Apakah bayi tabung, kloning, stem sel, transplantasi organ, dan rekayasa genetika itu adalah sunnatullah? Tentu saja, karena mereka sama sekali tidak menciptakan apa pun, melainkan sekedar ’memanfaatkan’ cara kerja alam. Yakni, cara kerja Allah.

Kalau ada seorang pasien gagal ginjal, kemudian dicangkokkan ginjal orang lain kepadanya, maka itu sama sekali tidak bekerja di luar sunnatullah. Karena, dia cuma memanfaatkan mekanisme kerja jaringan di dalam tubuh manusia. Kalau ada sepasang suami isteri memutuskan ikut program bayi tabung, dan lantas dokternya mempertemukan sel telur dan spermanya di luar rahim, untuk kemudian dimasukkan lagi ke dalam rahim si isteri, itu sama sekali bukan berarti dokternya menciptakan bayi dan menyaingi Tuhan. Dia tetap saja bekerja berdasar sunnatullah, yakni hukum biologi ’bab reproduksi’.

Bahkan, jika seorang ahli biomolekuler berhasil ’menciptakan manusia’ lewat teknologi kloning pun bukan berarti ia telah bekerja di luar sunnatullah. Dan lantas menjadi pesaing Allah. Karena sebenarnya, dia cuma memanfaatkan sunnatullah belaka. Karena, jika ia tidak memahami cara kerja Allah dalam rekayasa genetika itu, ia tidak akan berhasil melakukan kloning..! Walhasil, tidak ada satu peristiwa pun di alam semesta ini yang bisa keluar dari sunnatullah. Semuanya berada di dalam kendali Allah. Dan berjalan atas izin-Nya.

Orang yang berbuat jahat melakukan kejahatannya lewat sunnatullah. Sebaliknya, orang yang berbuat baik melakukan kebaikannya juga di dalam sunnatullah. Lantas, apakah itu berarti Allah mengizinkan orang berbuat jahat? Tentu saja. Kalau tidak diizinkan, pasti dia tidak bisa berbuat jahat. Tetapi, ingat, diizinkan bukan berarti diridhai-Nya. Siapa saja berbuat jahat, maka ia akan memperoleh balasan kejahatan. Dan siapa saja berbuat baik, akan memperoleh balasan atas kebaikannya. Semua tetap bekerja di dalam sunnatullah.

Apakah orang mencuri diizinkan Allah? Tentu saja. Jika tidak diizinkan, ia pasti tidak bisa mencuri. Tetapi, dari perbuatan jahatnya itu ia bakal menuai konsekuensi dari sunnatullah yang bekerja. Jadi begitulah, iblis bekerja berdasar sunnatullah. Sebagai aktor kejahatan, iblis telah diizinkan Allah untuk merayu manusia berbuat kejahatan. Tetapi ingat, sunnatullah akan bekerja untuk memberikan balasan yang setimpal kepadanya. Kapan? Bisa hari ini. Bisa besok. Bisa tahun depan. Bisa ketika kematian datang menjemputnya. Atau, kelak di alam akhirat sebagai balasan yang berlipat ganda besarnya.

Semakin lama tertunda balasannya, semakin besar konsekuensinya. Perhatikanlah ketika sekelompok masyarakat merusak hutan. Sesaat setelah hutan ditebangi, alam akan membalasnya dengan suhu udara yang kering dan panas. Jika ini tidak segera diatasi, misalnya dengan menanami kembali, maka tahun depan balasannya akan lebih besar. Mungkin akan terjadi kekeringan di daerah itu. Jika tidak diatasi lagi, maka tahun depannya akan terjadi tanah longsor. Kemudian waktu berikunya lagi banjir bandang, dan seterusnya dan seterusnya, semakin lama semakin besar. Orang yang berbuat dosa, dan tidak segera bertaubat kepada Allah, maka ia sedang menyiapkan balasan yang lebih besar di masa depannya..!

Maka, sungguh manusia bebas berbuat apa saja. Setiap diri akan bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya. Barangsiapa memahami sunnatullah dengan sempurna, dan mengikuti cara kerjanya, insya Allah dia bakal selamat di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa tidak belajar memahami sunnatullah, dan kemudian menabrak mekanisme keseimbangannya, maka sungguh ia sedang menyiapkan penderitaan yang akan menyengsarakannya ...!

QS. Al Mudatstsir (74): 37-38
Bagi siapa saja di antaramu yang berkehendak maju atau mundur. Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya...


Wallahu a’lam bishshawab
~ salam ~