Thursday, September 27, 2012

Let’s Say No To "Giving Up"



Berjalan menapaki waktu di dunia ini merupakan suatu rangkaian kehidupan yang dianugerah Allah Swt. kepada manusia. Setiap nafas yang terhembuskan dalam menjalani fitrah kehidupan, beragam bentuk dan warna fenomena hidup akan senantiasa ditemui. Hal tersebut merupakan ”bumbu” penyedap yang membuat hari-hari semakin berasa dan bermakna, di sisi lain dapat dipandang sebagai aral dan rintangan yang menghambat kelancaran tujuan yang dikehendaki.

Namun demikian, reaksi yang menjadi hasil persepsi masing-masing personal tidaklah serupa. Di mana persepsi tersebut nantinya menghasilkan suatu tindakan, ada yang tetap berusaha dengan sungguh-sungguh, bertindak sekadar respons atau bahkan bisa jadi hanya dapat pasrah dengan meratapi ketidakberuntungannya, hingga putus asa.

Sikap putus asa inilah yang terkadang oleh sebagian orang dipaksakan untuk dapat menjelma sebagai manifestasi dari pasrah kepada tuhan. Uniknya lagi tidak jarang manusia mempertanyakan keadilan putusan tuhan. Dan membuat konsep“God is not fair”.

Alangkah kurang bijak ketika kita memvonis suatu keadaan sebelum mempergunakan fasilitas berupa instrumen milik kita yang sebenarnya sangat dibutuhkan pada saat pengambilan keputusan. Itulah otah dan hati. Otak adalah tempat bermain logika dan bersemayamnya rasionalitas. Sedangkan hati merupakan wilayah yang merasakan kelembutan maksud, serta menangkap getaran-getaran ilham yang nantinya akan menelurkan sebuah insight berupa kemantapan sikap.

Jika kita benar-benar memanfaatkan dua potensi tersebut maka ketika menghadapi persoalan rumit otak akan mendalami duduk permasalahan, mengevaluasi titik kritis dari permasalahan tersebut, merumuskan berbagai solusi, memutuskan solusi mana yang diambil dengan berbagai pertimbangan logis, dan menerapkannya dalam tindakan selanjutnya.

Di lain pihak hati akan menerjemahkan maksud dari kondisi yang dialami, apakah ini merupakan suatu teguran, sinyal untuk melakukan improvisasi, ataukah sebuah seruan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi demi kelangsungan kebaikan di masa akan datang.

Firman Allah :
“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (QS. Yusuf [12] : 87)

Maha suci Allah yang mempunyai nama-nama agung. Rahmat dan anugerah-Nya senantiasa meliputi makhluk-Nya di segala kondisi. Bahkan ujian dan beragam kesulitan yang lain merupakan bentuk pengajaran kasih sayang kepada hamba-Nya yang beriman.

Semoga kita selalu diberi kekuatan akal sehat dan kejernihan hati untuk dapat memahami dan menterjemahkan segala kondisi. Sehingga kita menjadi pribadi yang senantiasa optimis di semua keadaan.

Wednesday, September 26, 2012

Facebook Sebagai Media Ukhwah dan Silaturrahim



Facebook merupakan situs jejaring sosial yang populer dan ramai dibicarakan belakangan ini. Situs ini didirikan pada 4 Februari 2004 oleh Mark Zuckerberg, seorang Mahasiswa Harvard college. Awalnya situs ini hanya digunakan Mahasiswa Harvard College untuk wadah diskusi. Namun saat ini menjadi sangat menjamur, bahkan menjadi situs yang paling banyak dikunjungi di seluruh dunia.

Dua tahun yang lalu sempat booming isu bahwa akan diharamkannya facebook. Isu santer ini sebenarnya berawal dari hasil bahtsul masail Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMPPP) se-Jawa-Madura. Tetapi bila diperhatikan lebih jeli, “pengharaman” yang dimaksudkan dari hasil diskusi tersebut menekankan pada penggunaan yang berlebihan dan penyalahgunaan. Pelarangan tersebut bukan secara general tetapi lebih cenderung pada penggunaan personalnya yang perlu diperhatikan.

Ibarat sebuah pisau, ia tergantung pada penggunanya. Jika dipegang seorang ibu akan menjadi alat yang sangat berguna membantu dalam memasak, tetapi akan menjadi barang yang merusak ketika di pegang oleh penjahat. Begitu juga facebook, ia akan menjadi sarana kebaikan dan wadah potensial untuk berbuat kebajikan, seperti untuk syiar agama, mencari info pasar dan peluang bisnis, berbagi ilmu pengetahuan, tempat untuk kreativitas, menjalin ukhwah dan silaturrahim dengan kerabat dan teman.

Berbicara tentang ukhwah dan silaturrahim, dua sikap ini sangat dianjurkan dalam ajaran agama islam.

Ukhwah berakar dari bahasa arab akhun yang artinya saudara, menjadi ukhwah yang berarti persaudaraan. Sehingga ada istilah ukhwah islamiyyah yang merupakan persaudaraan yang didasarkan pada ajaran Islam atau persaudaraan yang bersifat Islami. Ia adalah salah satu bentuk perintah Allah Ta’ala kepada ummat muslimin dalam menjalin silaturrahim yang lebih kompleks dan luas jangkauannya. Sedangkan arti Silaturrahim adalah menyambung tali kekerabatan yang berdasarkan kasih sayang karena Allah.
Menjalin ukhwah dan mempererat silaturrahim merupakan perintah agama.


Firman Allah Swt.
“Dan berpegangteguhlah kalian semua kepada tali Allah dan janganlah kalian berpecahbelah”. (Q.S Ali Imron: [3]:103 )

Sabda Rasulullah Saw.
“Orang-orang Muslim itu ibarat satu tubuh; apabila matanya marasa sakit, seluruh tubuh ikut merasa sakit; jika kepalanya merasa sakit, seluruh tubuh ikut pula merasakan sakit.” (HR Muslim)

"Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahim".(Muttafaqqun a’laih).

Melihat begitu banyaknya keutamaan yang diperoleh dari jalinan ukhwah dan silaturahim, sudah seharusnya sebagai muslim melihat ini tidak sebagai perintah yang hanya dipenuhi sekadarnya, melainkan melihat sebagai reward untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (QS [5] : 48).

Dengan kompleksitas perkembangan zaman di segala dimensi, banyak instrumen-instrumen yang bisa kita jadikan sarana untuk menjalin ukhwah. Salah satunya produk kecanggihan teknologi yang berupa internet. Melalui internetlah kita bisa memanfaatkan situs jejaring sosial facebook untuk mempererat persaudaraan.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, situs ini sangat akrab dengan masyarakat saat ini di semua kalangan, bahkan anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar pun sudah mulai mencoba mengaksesnya. Didukung dengan luasnya jaringan, mempermudah kita mengetahui kabar saudara kita, tidak hanya dalam negeri, tetapi seluruh penjuru dunia seperti China, Timur tengah, Eropa, Amerika, dan lain-lain. Disamping itu, mudahnya penggunaan dan aplikasinya yang menarik, membuat banyak orang yang berkecimpung di dalamnya.

Sehingga semakin luaslah wilayah ukhwah yang akan kita bangun. Banyak sekali fitur-fitur atau fasilitas dalam facebook yang bisa kita manfaatkan. Salah satunya meng-up date status, dengan cara ini teman dan saudara kita yang sedang online akan mengetahui secara langsung kondisi atau keadaan kita serta menanyakan kabarnya, begitu juga sebaiknya. Yang mana pada akhirnya akan mempererat silaturrahim. Selain itu, kita disediakan kolom “catatan” untuk menulis artikel yang berisi syiar agama dan dibagikan ke teman jejaring kita.

Kemudian kita juga dapat membuat grup, misalnya grup “penyejuk hati” yang nuansa dan arahnya mendukung dalam meningkatkan ruhiah kita. Dengan memanfaatkan facebook sebagai sarana untuk meningkatkan ukhwah dan mempererat silaturrahim. Syiar kita semakin mudah dan luas. Sehingga dengan semakin banyaknya kita beramal sholeh, maka konsekuensi logisnya adalah pahala yang akan kita dapatkan juga semakin banyak. Insya Allah.

“Maka Berlomba-lombalah berbuat kebajikan…” (QS A-Maidah [5] : 48 )


*juara 2 lomba penulisan artikel di Fakultas Ekonomi Universitas Jember

Tuesday, September 25, 2012

Bisik Kehambaan


Ku rasakan kesejukan saat menyapa-Mu
Ku dapatkan ketenangan kala mendekat kepada-Mu
Meski dosa dan kebodohan kerap kali membutakan mata hati
Namun keyakinan selalu membisikkan Engkau lah tetap Maha Penyayang

Kesenangan atau Kebahagiaan?



Hidup itu indah. Konsep ini tergantung orang yang memaknainya. Masing-masing personal memiliki perbedaan persepsi melalui kacamata pribadi. 

Perbedaan itu lahir dan terdikotomi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman dalam jejak hidupnya. Terkadang kita melihat seseorang lebih bijak dalam bersikap daripada orang lain meski usia mereka sama. Sering juga kita temui orang lebih berumur, tindakannya begitu arif dan penuh pertimbangan yang matang.

Diferensiasi pemahaman juga tampak ketika memandang tujuan hidup. Ketika ditanya tentang ''tujuan hidup'', beragam perbendaharaan definisi bermunculan. Namun secara garis besar, terucap dua istitah; Kesenangan dan Kebahagiaan. Pembagian pandangan muncul, mengejar kesenangan atau menggapai kebahagiaan.

Sepintas dua kata itu mirip dan seakan-akan merupakan padanan kata. Namun jika diperhatikan lagi, kedua kata tersebut berbeda, baik secara leksikal maupun terminologi. Kesenangan adalah kenikmatan berdasarkan lintasan otak. Berbentuk euforia dan sekadar fantasi. Apa yang enak itulah yg menyenangkan, berjangka pendek, dan tidak begitu susah dalam pencapaiannya, bahkan tanpa beban.  

Sedangkan kebahagiaan dimaknai oleh hati, mempunyai 'timing' jangka panjang, dan diraih dengan suatu usaha. Jadi letak perbedaan ada pada organ yang merespon. Kesenangan cenderung pandangan otak, sedangkan kebahagiaan mengacu pada pemahaman hati sehingga berdampak pada ketenangan jiwa.

Manusia mempunyai keleluasaan menentukan pilihan. Namun sejatinya manusia memiliki keuniversalan penilaian, mana yang baik dan mana yang buruk secara hakikat.

Friday, September 21, 2012

Pesan Dalam Surah Al-‘Ashr




Agama Islam mempunyai nilai, aturan dan prinsip yang menjadi pedoman bagi umatnya. Ajaran-ajaran tersebut disampaikan melalui Alqur’an dan As-Sunnah. Isi dari ajaran tersebut memandu pemeluknya di berbagai kegiatan dalam setiap kesempatan. Dari tata cara berinteraksi dengan Sang Pencipta, mengelola diri sendiri, seni bermu’amalah dengan orang lain, hingga etika dalam memanfaatkan potensi alam.

Salah satu aspek yang sangat ditekankan dalam Islam ialah perhatian terhadap waktu. Konsep pengelolaan dan pemanfaatan waktu, serta kerugian-kerugian ketika membiarkannya dibahas secara komprehensif dalam Surah Al-‘Ashr.

Firman Allah :
“Demi masa (waktu). Sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr [103] : 1-3)

Dalam Surah tersebut, dijelaskan bahwa manusia berada dalam kerugian. Berdasarkan redaksionalnya, kerugian di sini merupakan kerugian total, yang mengarah pada kesesatan dan kecelakaan yang besar. Kerugian yang dimaksud merupakan implikasi dari keteledoran atau menyepelekan waktu.

Ada suatu ungkapan yang mengatakan Al-waqtu kasyaif, waktu adalah pedang. Kita tahu pedang adalah sebuah senjata. Di mana pedang akan sangat membantu pemegangnya untuk menumpas musuh-musuh dalam medan perang. Namun akan menjadi bumerang yang melukai pemiliknya jika tidak mampu menggunakannya, dan berujung pada penyesalan.

Lantas siapakah orang beruntung yang terhindar dari kerugian besar?

Alladzina amanu… Yaitu orang-orang yang beriman, orang percaya dan membenarkan dalam hati. Percaya dan meyakini adanya Allah, Para Malaikat, Kitab-kitab, Para utusan, Hari akhir, serta ketetapan baik dan buruk.

Wa amilusholihati… yang beramal sholeh. Yaitu kegiatan atau aktivitas yang dapat mendatangkan manfaat (bagi pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia seluruhnya) dan tidak mengakibatkan kerusakan.

Wa tawashoubil haqqi…yang saling berwasiat dengan kebenaran. Suatu kebenaran diperoleh dengan menggunakan ilmu. Untuk menggali lebih banyak kebenaran, diharuskan menggali ilmu sebanyak-banyaknya.

Wa tawa shubis shobri… yang saling berwasiat dengan kesabaran. Yakni sabar dalam bertahan meraih prestasi, serta kemampuan menahan rayuan nafsu demi mencapai yang terbaik.

Dari pembahsan surat tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa untuk menyelamatkan diri dari kerugian yang beraneka ragam manusia harus,

1. Beriman.
2. Beramal Sholeh.
3. Saling berwasiat dengan kebenaran.
4. Saling berwasiat dengan kesabaran.

Keempat komponen di atas merupakan kesatuan holistik. Artinya apabila hanya diambil secara parsial, maka belum benar-benar selamat, beruntung dan terhindar dari kerugian. Iman yang merupakan suatu pengetahuan harus ditunjang dengan amal (tindakan). Amal juga membutuhkan kebenaran (ilmu pengetahuan). Dan semuanya membutuhkan kesabaran dalam bertahan sambil terus meningkatkan iman, amal, dan ilmu pengetahuan.

Sebuah hadis menyatakan,

“Dua kenikmatan yang sering disia-siakan oleh banyak orang; Kesehatan dan kesematan (waktu luang).”


Sumber referensi :
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Quran dan terjemahannya.
Shihab, M. Q. 2001. Wawasan Al-Quran. Jakarta : Mizan

Monday, September 17, 2012

A little part of Bali #1

Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.
Sebuah kapal melintas di selat Bali
Menikmati udara di atas kapal Ferry sambil ngambil pose! :D
Para penumpang siap-siap keluar dari kapal
Selamat datang di Bali (^o^)/
Kawasan kering di Kabupaten Jembrana. Berpotensi berjualan Es degan! hehe
Perjalanan masih jauh
Pulaki. Di sini banyak sekali kera liar di jalanan
Selamat datang di kota Singaraja
Lanjut terus!!!
Monumen perjuangan rakyat Bali
Pintu masuk monumen perjuangan rakyat Bali
Nampang dulu ah! :D
Salah satu bale di dalam kompleks monumen
Lorong di lantai dua bangunan monumen
Salah satu gapura
Temanku lagi ngeceng dengan gaya mirip Ian Kasela Radja. Siapa tahu ada turis asing kecantol. hihi!
Jangan disentuh! bagian pahatan ruangan dalam monumen
Silahkan baca sendiri :P
Lorong bawah
Jalan setapak dalam kompleks monumen


Lampu taman

Gak perlu dikasih tau kan? hehe
Bangunan dalam masjid Al-Ihsaan

Pintu masuk masjid

Tuh udah ada tulisannya xD
Dua Bali bermain layang-layang di pantai Mertasari, sanur

Suasana pantai di sore hari

Beautiful sunset

jangan heran kalo setiap hari lihat beginian di sini. hehehe :D
Orang bali kalo pasang bendera gede-gede!

Jalanan kecil pun lumayan bersih, beginilah kalo kawasan wisata

Macet juga dirasakan masyarakat Denpasar



Ngantri bikin NPWP di kantor pajak Denpasar Timur

Sesajen yang tidak pernah lepas dari aktivitas masyarakat Bali

Seseorang terlihat melintas di depan pura Gajah

Pecalang. Polisi adat Bali