Monday, September 3, 2012

Manusia Dalam Dimensi Agama dan Sains



Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna di antara ciptaan lainnya. Baik yang bersifat konkrit seperti hewan dan tumbuhan, maupun yang bersifat abstrak semisal malaikat atau jin. Ia memiliki dua aspek utama yang merupakan unsur dasar pembentuk diri, yakni jasmani dan ruhani. Kesempurnaan tersebut bisa berupa zat material yang terkandung dalam tubuh manusia beserta struktur dan fungsinya, bisa juga kemuliaan dari segi ruhaniahnya.
Kemuliaan dan keistimewaan manusia tidak hanya pada unsur pembentukannya saja, ia juga mendapat tugas atau amanah yang agung yang hanya dibebankan kepadanya saja. Hal ini menjadi bukti bahwa manusia memiliki potensi lebih, untuk mengemban tanggung jawab dari Sang Pencipta.
Atas dasar itulah Allah memilih manusia untuk dijadikan sebagai kholifah (pemimpin, penguasa) di dunia. Sebagai pemimpin, manusia tentu saja akan dimintai pertanggungjawaban atas apa saja yang mereka pimpin selama hidup.
Predikat istimewa yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia sempat menuai protes dari setan dan malaikat. Kelayakan manusia sebagai pemimpin atas makhluk lain menjadi keraguan bagi mereka. Setan menyangkal berdasarkan unsur pembentuk diri, api yang merupakan dzat pembentuk dirinya, lebih mulia daripada tanah sebagai unsur pembentuk diri manusia. Sedangkan malaikat mengkritisi sifat manusia yang suka menumpahkan darah dan berbuat kerusakan di muka bumi (QS Al-Baqarah [2] : 30).
Namun Allah sebagai Dzat Maha Bijaksana menjawab protes mereka dengan ke MahaTahuan-Nya yang tidak diketahui makhluk-Nya.
Demikianlah manusia dengan segala keistimewaannya. Meskipun makhluk lain tidak mengetahui, dan bahkan manusia sendiripun tidak menyadari siapa, mengapa, bagaimana,dan untuk dirinya diciptakan.
2.1 Penyebutan
2.1.1 Al-Quran
a) Insan (ins, nas, unas)
Kata insan terambil dari akar kata uns yang berarti jinak, harmonis, dan tampak. Pendapat ini, jika ditinjau dari sudut pandang Al-Quran lebih tepat dari yang berendapat bahwa ia terambil dari kata nasiya (lupa) atau naasa-yanuusu (berguncang).
Kata insan digunakan Al-Quran untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seserang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental, dan kecerdasan.
b) Basyar
Kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dengan akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang lain.
Al-Qur’an menggunakan kata ini sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjukkan manusia dari sudut lahiriyahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Karena itu Nabi Muhammad Saw. diperintahkan untuk menyampaikan bahwa,
Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu yang diberi wahyu
(QS A-Kahf [18] : 110)
c) Bani Adam (zuriyat Adam)
Bani Adam berarti anak atau keturunan Adam, hal ini menunjukkan bahwa manusia merupakan keturunan dari Nabi Adam yang merupakan manusia pertama.


2.1.2 Ilmu Pengetahuan (Sains)
a) Biologi
Manusia adalah makhluk bersel banyak (multiseluler). Ia juga adalah makhluk bertulang belakang (vertebrata). Di antara vertebrata manusia tergolong ke dalam kelompok binatang menyusui (mammalia). Karena ia berdarah panas, menghirup udara, dengan kulit berbulu, dan menyusui bayinya. Lebih lanjut manusia tergolong ke dalam mammalia yang janinnya berkembang di dalam rahim betinanya (eutheria), yang menerima makanan melalui plasenta.
Kemudian manusia dikelompokkan ke dalam ordo primata, yang di dalamnya termasuk lemur, tarsius, kera dan kera besar: gorila, orangutan, dan simpanse. Yang membedakan manusia dengan primata lainnya adalah perilaku bipedal, berjalan dengan kedua kaki, berpostur tegak, tulang belakang berbentuk S, dan kaki yang lebih panjang dari tangan.
Manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies yang memiliki otak berkemampuan tinggi.
b) Antropologi Kebudayaan
Mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
c) Sosiologi
Dari segi sosial manusia di golongkan berdasarkan afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan, warga negara, anggota partai tertentu), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.
d) Psikologi
Manusia juga memiliki ciri psikologis dan tingkah laku yang unik dan membedakannya dengan makhluk lain. Perilaku manusia mudah berubah dan kurang instingtif dibandingkan dengan binatang. Manusia memiliki sifat ingin tahu, meniru, memperhatikan, mengingat dan berimajinasi, seperti yang dimiliki oleh binatang lain yang relatif maju, dan dapat mengaplikasikannya secara lebih halus dan rumit.

2.2 Proses Kejadian Manusia
2.2.1 Al-qur’an
a) Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Ketika berbicara tentang penciptaan manusia pertama, Al-Quran menunjuk kepada sang Pencipta dengan menggunakan pengganti nama berbentuk tunggal.
Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah
(QS Shad [38] : 71)
Apa yang menghalangi kamu (iblis) sujud kepada yang Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku? (QS Shad [38] : 75)
b) Proses Kejadian Manusia Kedua (Hawa)
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah satu firman-Nya :
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36) : 36)
Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa' ayat 1 yaitu :
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak..." (QS. An Nisaa' (4) : 1)

c) Proses Kejadian Manusia Setelahnya (semua keturunan Adam dan
Hawa)
Ketika berbicara tentang reproduksi manusia secara umum, Yang Maha Pencipta ditunjuk dengan menggunakan bentuk jamak.
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya (QS At-Tin [95] : 4)
Hal itu membuktikan proses penciptaan manusia secara umum, melalui proses keterlibatan tuhan dengan selain-Nya, yaitu ibu dan bapak.
Mengenai proses penciptaan manusia, Al-Quran menjelaskan dalam beberapa ayat berikut;
" Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari nuthfatin amsyaj (setetes mani yang bercampur)…”(QS Al-Insan [76] : 2)
“Kemudian air mani itu Kami jadikan ‘alaqah (sesuatu yang melekat), lalu ‘alaqah itu Kami jadikan mudghah (segumpal daging), dan mudghah itu Kami jadikan ‘idham (tulang belulang), lalu ‘idham itu Kami bungkus dengan lahm (daging). Kemudian, Kami menjadikan makhluk yang berbentuk lain. Maha suci Allah, Pencipta yang paling baik.” (Al-Mu’minuun [23] : 14)
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan kamu, kemudian membentuk (tubuh)mu…” (QS Al-A’raf [7] : 11)
“Yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakan kejadianmu, dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang dikehendaki, Dia menyusun tubuhmu)” (QS Al-Infithar [82] : 7-8)
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya” (QS At-Tin [95] : 4)
2.2.2 Hadits
"Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah".
(HR. Bukhari)
"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam"
(HR. Bukhari-Muslim)
“Sesungguhnya seseorang dari kamu berproses kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari sebagai air mani, dan selama 40 hari sebagai ‘alaqah, kemudian selama 40 hari lagi sebagai mudghah, sesudah itu Allah mengirim seorang malaikat, lalu ia tiupkan roh ke dalamnya. Dan malaikat diperintah mencatat 4 kalimat, yaitu mengenai rizki orang itu, ajalnya, amal perbuatanyya dan celaka atau bahagianya”. (HR. Muslim).
2.2.3 Ilmu Pengetahuan (Sains)
a) Reproduksi
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan dan melestarikan jenisnya agar tidak punah. Pada manusia untuk menghasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generatif atau seksual.

Fertilisasi yaitu peleburan antara sel sperma dengan sel ovum yang telah matang dan menghasilkan zygote. Zygote akan menempel/implantasi pada dinding uterus dan tumbuh berkembang menjadi embrio dan janin. Keadaan demikian disebut dengan masa kehamilan/gestasi/nidasi. Janin akan keluar dari uterus setelah berusia 40 minggu/288 hari/9 bulan 10 hari. Peristiwa ini disebut dengan kelahiran.

Tahapan waktu dalam fertilisasi :

1. Beberapa jam setelah fertilisasi zygote akan membelah secara mitosis menjadi 2 sel, 4, 8, 16 sel..

2. Pada hari ke-3 atau ke-4 terbentuk kelompok sel yang disebut morula. Morula akan berkembang menjadi blastula. Rongga blastosoel berisi cairan dari tuba fallopi dan membentuk blastosit. Lapisan dalam balstosit membentuk inner cell mass. Blastosit dilapisi oleh throhpoblast (lapisan terluar blastosit) yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon tembuni/plasenta/ari-ari. Blastosit akan bergerak menuju uterus dengan waktu 3-4 hari.

3. Pada hari ke-6 setelah fertilisasi throphoblast akan menempel pada dinding uterus/proses implantasi dan akan mengeluarkan hormone HCG (hormone Chorionik gonadotrophin).Hormon ini melindungi kehamilan dengan menstimulasi produksi hormone progesteron dan estrogen sehingga mencegah menstruasi.

4. Pada hari ke-12 setelah fertilisasi embrio telah kuat menempel pada dinding uterus.

5. Dilanjutkan dengan fase gastrula, yaitu hari ke-21 palsenta akan terus berkembang dari throphoblast. Mulai terbentuk 3 lapisan dinding embrio. Lapisan dinding embrio inilah yang akan berdiferensisai menjadi organ-organ tubuh. Organ tubuh aka berkembang semakin sempurna seiring bertambahnya usia kandungan.

b ) Teori Evolusi

Evolusi adalah perubahan genotip pada suatu populasi yang berlangsung secara perlahan-lahan dan memerlukan waktu yang sangat panjang.

# Teori evolusi menurut Jean Lamarck
• Evolusi organik terjadi karena perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pengaruh lingkungannya dapat diturunkan.
• Organ yang mengalami perubahan karena terus menerus dipakai akan berkembang makin sempurna dan organ yang tidak diperlukan lagi lama kelamaan perkembangannya menurun dan akhirnya rudiment atau atrofi.
# Teori evolusi menurut Charles Darwin
• Spesies yang ada sekarang adalah keturunan dari spesies-spesies sebelumnya.
• Seleksi alam sangat menentukan berlangsungnya mekanisme evolusi.
Seleksi alam merupakan gagasan murni dari Darwin. Sementara teori pertama di atas telah ada sejak jama Yunani kuno, hanya saja Darwin menjelaskannya secara lebih tajam dan detil.

2.3 Unsur-unsur Pembentuk Manusia
2.3.1 Jasad (Fisik) atau Jisim
Jasad (Jisim) adalah aspek diri manusia yang terdiri atas struktur organisme fisik. Organisme fisik manusia lebih sempurna dibanding dengan organisme fisik makhluk-makhluk lain.
Aspek jasmani manusia memiliki sunnatullah. Aspek sunnatullah ini boleh dikatakan sama dengan sunnatullah pada tumbuhan dan hewan. Hal itu dapat dicontohkan pada proses reproduksi manusia.
Setiap reproduksi terjadi dua cara sebagai berikut :
Reproduksi seksual menunjukkan proses biologis yang bertujuan untuk melahirkan individu baru yang sama dengan individu yang melahirkan.
Reproduksi aseksual hanya merupakan penggandaan, karena reproduksi semacam ini terjadi dengan pembagian satu organisme.
2.3.2 Jiwa (Psikis) atau Ruh
Ruh merupakan substansi psikologis manusia yang menjadi esensi keberadaannya, baik di dunia maupun di akhirat. Sebagai substansi yang esensial ruh membutuhkan jasad untuk aktualisasi diri, bukan sebaliknya. Ruh menjadi pembeda antara eksistensi manusia dengan makhluk lain.
Kesendirian ruh mempunyai alam multidimensi yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Karena tidak dibatasi ruang dan waktu, ruh mampu menembus lorong waktu (time tunnel), baik masa lampau maupun masa depan.
Kematian jasad bukanlah kematian ruh, namun merupakan awal bagi kebahagiaan ruh yang hakiki. Ruh merasakan kenikmatan (surga) yang luar biasa apabila ia terlepas dari jasad.
Kondisi ini jika ruh merupakan ruh yang suci dan kesaksiannya diterima. Apabila ruh tersebut merupakan yang kotor maka ia mendapatkan siksaan (neraka).
2.3.3 Jasad & Jiwa (Psikofisik) atau Nafs
Dalam konteks ini, nafs memiliki arti psikofisik manusia, yang mana komponen jasad dan ruh bersinergi. Nafs merupakan potensi jasadi-ruhani (psikofisik) manusia yng secara inhern telah ada sejak jasad manusia siap menerimanya, yaitu usia empat bulan
dalam kandungan. Potensi ini terikat dengan hukum jasadi-ruhani. Semua potensi yang terdapat ada daya ini bersifat potensial, tetapi ia dapat mengaktual jika manusia mengupayakannya.
Sementara itu ahli jiwa falsafi-tasawufi mengungkap tiga daya yang ada ada nafs (jiwa) manusia, yaitu kognisi (cipta), konasi (karsa), dan emosi (rasa). Dengan begitu maka pembagian nafsani manusia adalah :


a. Kalbu (Qalb)
Sebagian besar orang mengartikan qalb sebagai hati. Kata qalb terambil dari akar kata yang bermakna membalik. Arti dasar lain kata qalb ialah kembali, pergi maju mundur, berubah naik turun. Diambil dari latar belakangnya, hati (qalb) mempunyai sifat yang selalu berubah, sekali senang sekali susah, sekali setuju sekali menolak. Qalb amat berpotensi tidak konsisten.
Para ahli berbeda pendapat dalam menentukan maknanya. Sebagian ada yang mengasumsikan sebagai materi organik, sedang sebagian yang lain menyebutkan sebagai sistem kognisi (cipta) yang berdaya emosi (rasa).
Dalam psikologi kontemporer, kata kalbu lazimnya digunakan untuk makna emosi, yaitu perasaan yang diketahui atau disadari.
Firman Allah dalam surat Qaf [50] ayat 37
“Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang memiliki kalbu, atau yang mencurahkan pendengaran lagi menjadi saksi”
Juga dalam surat Al-Hujuraat [49] ayat 7
“Dia (Allah) menjadikan kamu cinta kepada keimanan, dan menghiasinya indah dalam kalbumu.”
Dari ayat-ayat di atas terlihat bahwa kalbu adalah wadah pengajaran, kasih sayang, takut, dan keimanan. Kalbu adalah tempat kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kesalahan. Kalbu di mana tuhan mengungkapkan diri-Nya sendiri kepada manusia. Dari sini dapat dipahami yang dituntut untuk dipertanggungjawabkan adalah isi kalbu.

b. Akal (‘Aql)
Kata akal ditemukan dalam Al-Quran sebanyak 49 kali, ia hanya berbentuk kata kerja (fi’il). Secara etimologi, akal memiliki arti menahan, ikatan, melarang, mencegah, menghalangi. Berdasarkan makna bahasa ini maka yang disebut orang yang berakal adalah orang yang mampu menahan dan mengikat hawa nafsunya.
Akal juga diartikan sebagai energi yang mampu memperoleh, menyimpan, dan mengeluarkan pengetahuan. Secara psikologis memiliki fungsi kognisi yang mencakup semua pengenalan dan daya cipta. Pandangan ini didasari akal berhubungan dengan strategi pemecahan masalah dengan menggunakan logika.
Akal memiliki kesamaan dengan kalbu dalam memperoleh daya kognisi, tetapi cara dan hasilnya berbeda. Akal mampu mencapai pengetahuan rasional, tetapi tidak mampu mencapai pengetahuan supra-rasional.
Al-Quran menjelaskan akar kata ‘aql dapat dipahami sebagai,
• Daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu (QS Al-‘Ankabut [29] : 43).
• Dorongan moral (QS Al-‘Anam [6] : 151).
• Daya untuk mengambil pelajaran dan kesimpulan serta hikmah.
c. Hawa nafsu
Nafsu sebagai daya nafsani memiliki beberapa pengertian. Nafsu merupakan nyawa manusia, yang wujudnya berupa angin (nafas) yang keluar-masuk di dalam tubuh manusia melalui mulut dan kerongkongan. Nafsu juga merupakan sinergi jasmani-ruhani manusia dan merupakan totalitas struktur kepribadian manusia.
Hawa nafsu memiliki dua daya yang pokok, yaitu daya yang berpotensi menghindarkan diri dari segala yang membahayakan. Di sisi lain juga berpotensi untuk menginduksi diri dari segala yang menyenangkan.
Prinsip kerja hawa nafsu mengikuti prinsip kenikmatan dan berusaha mengumbar impuls-impuls agresif dan seksualnya.
Dalam perspektif psikologis, hawa nafsu memiliki daya konasi (daya karsa) untuk beraksi, berbuat, berusaha, berkemauan, dan berkehendak.
2.4 Hakikat Manusia
2.4.1 Asal muasal
Penciptaan dan pengaturan manusia telah ditetapkan di alam perjanjian (mitsaq) sebelum kejadian material ada. Alam perjanjian merupakan alam pra kehidupan dunia dan memberi motivasi kehidupan dunia. (QS Al-A’raf [7] : 172)
2.4.2 Tugas di dunia
a) Tugas kehambaan
Firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
b) Kholifah (pemimpin atau penguasa)
“Dan (ingatlah) ketika tuhanmu berfirman kepada malaikat, Aku hendak menciptakan kholifah di bumi…” (QS Al-Baqarah [2] : 30)
2.4.3 Tujuan hidup
Firman Allah Swt.
“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah semata, tuhan seluruh alam.” (QS Al-An’am [6] : 162)
Dalam firman tersebut Allah merupakan tujuan manusia. Dikatakan tujuan karena semua tingkah laku hanyalah untuk merealisasikan perjanjian-Nya. Dia-lah yang menjadi tujuan hakiki kehidupan manusia.
Apabila seseorang tertuju kepada-Nya, berarti ia rela menempatkan dirinya pada tujuan hakiki, sebab Dia Maha Segala-galanya. Pribadi semacam ini tidak disia-siakan oleh-Nya melainkan diberi kenikmatan dan kebahagiaan yang hakiki pula.


III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna dalam penciptaannya. Hal ini terlihat dari unsur-unsur penyusunnya yang terdiri jasad (fisik), jiwa (psikis), dan nafs (psikofisik). Dari unsur-unsur potensial tersebut, manusia memiliki daya cipta (kognisi), rasa (emosi), dan karsa (konasi).
Dalam Al-quran, sesuai dengan penyebutannya manusia adalah keturunan Nabi Adam yang tampak, harmonis, dan kenampakannya terlihat baik dan indah. Dan menurut ilmu pengetahuan, manusia merupakan makhluk yang mempunyai otak berkecerdasan tinggi sehingga memiliki sifat ingin tahu, meniru, memperhatikan, mengingat dan berimajinasi.
Selain itu ia memiliki kecenderungan untuk berafiliasi dengan membentuk kelompok yang sesuai dengan kepribadiannya.
Dengan keistimewaan dan kemampuan itulah, manusia diberi amanah oleh Allah untuk menjadi pemimpin, pengatur, dan pemelihara atas makhluk lain di dunia. Semua itu pada akhinya akan dikembalikan kepada Sang Maha Pencipta, Allah Swt.
3.2 Saran
Dengan terbatasnya waktu, sumber referensi serta ilmu pengetahuan, penulis menyadari banyaknya kekurangan pada makalah. Untuk itu penulis mengharapkan masukan yang membangun untuk perbaikan makalah ini agar lebih bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama Republik Indosesia. 2002. Al-Quran dan terjemahannya.
Semarang : PT. Karya Toha Putra Semarang
Mujib, Abdul. 2006. Kepribadian dalam psikologi islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Sangkan, Abu. 2009. Berguru Kepada Allah. Jakarta : Yayasan Sholat Khusyu’
Shihab, M.Q.2001. Wawasan Al-qur’an. Bandung : Mizan

http://lailizah.tripod.com/proses_k+ejadian_manusia_menurut_al-Quran.htm (13 Februari 2010)
http://didimasyhudi.blogspot.com/2009/05/1.html (13 Februari2010)
http://www.utmalumni.org.my/main/index.php?option=com_content&view=article&id=54:asal-usul-manusia-1&catid=16:keugamaan&Itemid=57 (13 Februari 2010)
http://www.forumsains.com/biologi-smu/teori-evolusi-dan-asal-usul-manusia/ (13 Februari 2010)
http://gurungeblog.files.wordpress.com/2008/11/sistem-reproduksi-manusi-kls_ix.pdf (13 Februari 2010)
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia (13 Februari 2010)
http://onisur.wordpress.com/2007/07/27/manusia-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi/ (13 Februari 2010)

*) Dipresentasikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas Jember

No comments:

Post a Comment