Friday, September 21, 2012

Pesan Dalam Surah Al-‘Ashr




Agama Islam mempunyai nilai, aturan dan prinsip yang menjadi pedoman bagi umatnya. Ajaran-ajaran tersebut disampaikan melalui Alqur’an dan As-Sunnah. Isi dari ajaran tersebut memandu pemeluknya di berbagai kegiatan dalam setiap kesempatan. Dari tata cara berinteraksi dengan Sang Pencipta, mengelola diri sendiri, seni bermu’amalah dengan orang lain, hingga etika dalam memanfaatkan potensi alam.

Salah satu aspek yang sangat ditekankan dalam Islam ialah perhatian terhadap waktu. Konsep pengelolaan dan pemanfaatan waktu, serta kerugian-kerugian ketika membiarkannya dibahas secara komprehensif dalam Surah Al-‘Ashr.

Firman Allah :
“Demi masa (waktu). Sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr [103] : 1-3)

Dalam Surah tersebut, dijelaskan bahwa manusia berada dalam kerugian. Berdasarkan redaksionalnya, kerugian di sini merupakan kerugian total, yang mengarah pada kesesatan dan kecelakaan yang besar. Kerugian yang dimaksud merupakan implikasi dari keteledoran atau menyepelekan waktu.

Ada suatu ungkapan yang mengatakan Al-waqtu kasyaif, waktu adalah pedang. Kita tahu pedang adalah sebuah senjata. Di mana pedang akan sangat membantu pemegangnya untuk menumpas musuh-musuh dalam medan perang. Namun akan menjadi bumerang yang melukai pemiliknya jika tidak mampu menggunakannya, dan berujung pada penyesalan.

Lantas siapakah orang beruntung yang terhindar dari kerugian besar?

Alladzina amanu… Yaitu orang-orang yang beriman, orang percaya dan membenarkan dalam hati. Percaya dan meyakini adanya Allah, Para Malaikat, Kitab-kitab, Para utusan, Hari akhir, serta ketetapan baik dan buruk.

Wa amilusholihati… yang beramal sholeh. Yaitu kegiatan atau aktivitas yang dapat mendatangkan manfaat (bagi pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia seluruhnya) dan tidak mengakibatkan kerusakan.

Wa tawashoubil haqqi…yang saling berwasiat dengan kebenaran. Suatu kebenaran diperoleh dengan menggunakan ilmu. Untuk menggali lebih banyak kebenaran, diharuskan menggali ilmu sebanyak-banyaknya.

Wa tawa shubis shobri… yang saling berwasiat dengan kesabaran. Yakni sabar dalam bertahan meraih prestasi, serta kemampuan menahan rayuan nafsu demi mencapai yang terbaik.

Dari pembahsan surat tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa untuk menyelamatkan diri dari kerugian yang beraneka ragam manusia harus,

1. Beriman.
2. Beramal Sholeh.
3. Saling berwasiat dengan kebenaran.
4. Saling berwasiat dengan kesabaran.

Keempat komponen di atas merupakan kesatuan holistik. Artinya apabila hanya diambil secara parsial, maka belum benar-benar selamat, beruntung dan terhindar dari kerugian. Iman yang merupakan suatu pengetahuan harus ditunjang dengan amal (tindakan). Amal juga membutuhkan kebenaran (ilmu pengetahuan). Dan semuanya membutuhkan kesabaran dalam bertahan sambil terus meningkatkan iman, amal, dan ilmu pengetahuan.

Sebuah hadis menyatakan,

“Dua kenikmatan yang sering disia-siakan oleh banyak orang; Kesehatan dan kesematan (waktu luang).”


Sumber referensi :
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Quran dan terjemahannya.
Shihab, M. Q. 2001. Wawasan Al-Quran. Jakarta : Mizan