Tuesday, February 5, 2013

MELIHAT LEBIH DEKAT (4)



oleh Agus Mustofa
 
~ BAGAIMANA RUH, BAGAIMANA JIWA ~

Misteri jiwa dan ruh selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik. Karena dengan memahami ruh dan jiwa, kita akan lebih mengenal diri sendiri. Sekaligus, bisa mengenal asal-usul kita. Dan mengantarkan untuk bertemu dengan Dzat yang menciptakan manusia.

Sayangnya, belum apa-apa sudah ada yang ’melarang’ untuk membahasnya. Terutama tentang ruh. Yakni mereka yang mengambil ayat Qur’an berikut ini sebagai landasannya.

QS. Al Israa’ (17): 85
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

Sebenarnya, kalau kita cermati ayat di atas, sama sekali tidak ada kata larangan itu. Yang ada cuma mengatakan bahwa ruh itu termasuk ’urusan tuhan’. Kalimat ini bukan ’kata perintah’ untuk tidak boleh melakukan. Maksimal cuma mengingatkan dan memberikan stressing tentang rumitnya masalah ruh. Dan kemudian, ini sesuai dengan penjelasan dalam kalimat berikutnya, bahwa manusia diberi ilmu tentang ruh ini cuma sedikit. Dan memang kemudian terbukti, ilmu tentang ruh tidak cukup berkembang dalam peradaban manusia. Tetapi, sekali lagi, Allah tidak melarang kita untuk membicarakannya...

Berbeda dengan jiwa. Ketika berbicara tentang jiwa, Allah justru mendorong kita agar memikirkan dan belajar tentangnya. Karena di dalam ilmu jiwa ini ada hikmah yang sangat berharga buat kehidupan manusia.

QS. Az Zumar (39): 42
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.

Karena itu, ilmu tentang jiwa berkembang pesat. Sangat jauh kalau dibandingkan dengan ilmu tentang ruh. Dulu ilmu jiwa disebut sebagai Psikiatri, yang membahas secara global fenomena jiwa manusia. Namun, karena semakin kompleks, lantas dipecah menjadi dua, yakni psikiatri dan ilmu saraf. Yang pertama mengurusi fungsi jiwa secara abstrak, sedangkan yang kedua mengurusi jiwa terkait dengan struktur saraf manusia. Keduanya berada dalam wilayah ilmu kedokteran jiwa.

Lebih lanjut, berkembang menjadi psikologi, yang berbicara tentang potensi jiwa di luar bidang kedokteran. Kemudian muncul psiko-neuro-imunologi yang mengaitkan kemampuan daya tahan tubuh manusia dengan kualitas kejiwaannya. Ada pula psycho-cybernetics yang membahas tentang rahasia alam bawah sadar. Dan, akhir-akhir ini ngetrend ilmu baru yang disebut sebagai psikotronika, yang mengulas tentang kekuatan pikiran secara mekatronika.

Ringkas kata, benar sinyalemen al Qur’an bahwa ilmu tentang jiwa akan berkembang terus seiring dengan peradaban manusia. Sedangkan ilmu tentang ruh hampir-hampir jalan di tempat. Pembahasan tentang keduanya, dengan segala keterbatasannya, akan mengantarkan kita kepada lorong misteri panjang yang berujung pada kekuasaan Allah.

Meskipun tidak persis, saya sering menganalogikan struktur diri manusia dengan komputer. Yakni, manusia memiliki badan, jiwa dan ruh yang bisa digambarkan seperti hardware, software, dan sumber listrik yang menghidupinya. Badan manusia seperti hardware alias ’perangkat keras’ komputer saja layaknya. Terbuat dari material pilihan, yang dibentuk menjadi sirkuit-sirkuit canggih sebagai ’body’ dengan kualitas tertentu.

Manusia juga demikian. Bahan dasar tubuhnya dipilihkan Allah dari puluhan unsur yang ada di dalam tanah bumi, kemudian disusun menjadi tubuh manusia yang sangat canggih. Ada tulangnya, ada ototnya, ada daging, darah, saraf, jantung dan berbagai organ dalam, serta otak dan susunan saraf, yang menjadi ’mother-board’ dengan ’IC’ dan segala ’komponen elektroniknya’. Ini kelak akan sangat berpengaruh bagi terciptanya kualitas seorang manusia lebih lanjut. Jika kualitas badannya sudah tidak baik, maka sangat boleh jadi performanya pun kurang maksimal.

’Lapisan’ kedua adalah jiwa, yang dalam komputer dianalogikan sebagai software alias perangkat lunak. Kalau mother-board dan berbagai komponennya sudah memadai, maka software yang dimasukan ke dalamnya pun bisa bagus. Sebaliknya jika ’terlalu bagus’ software-nya, komputer itu pun bakalan hang. Mogok. Nah, jiwa adalah software. Mulai dari operating system sampai program-program aplikasinya.

Semakin tinggi spesifikasi teknis komputer itu, dan semakin bagus program-program yang digunakannya, maka semakin hebat pula performa si komputer. Sebaliknya, semakin rendah spec-nya, semakin rendah pula kualitas programnya, dan semakin rendah pula kemampuan komputer.

Yang menarik, pada manusia, pembentukan dan penyempurnaan perangkat keras dengan perangkat lunaknya terjadi secara bersamaan. Yakni, ketika berada di dalam kandungan sang ibu. Disanalah Allah menciptakan ’rangkaian dasar’ tubuh manusia sekaligus ’memrogram’ isinya dengan operating system yang terbuka untuk pengembangan kualitas lebih lanjut.

Sedangkan ’program-program aplikasi’ bisa dimasukkan seiring dengan pertumbuhan bayi di dalam rahim sampai saat ia telah terlahir ke dunia. Bahkan sampai dewasa kelak. Atau, sampai menjelang kematiannya. Maka, selain badan yang terus disempurnakan, Allah pun terus menerus menyempurnakan kualitas jiwa seseorang.

QS. Asy Syams (91): 7-10
Demi jiwa serta proses penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan (memasukkan software) kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Siapa saja yang memasukkan sifat-sifat baik ke dalam jiwanya, maka ia sedang memasukkan program-program aplikasi yang akan meningkatkan performa komputer. Sebaliknya, yang memasukkan sifat-sifat jelek, sama saja dengan memasukkan virus-virus yang akan membuat hang komputernya. Bahkan bisa sampai merusak hard-disk segala jika tidak segera diatasi.

Nah, sifat-sifat jelek tidak akan merugikan selain kepada diri kita sendiri. Bahkan terbukti bisa merusak kualitas otak seseorang jika sudah terjadi secara kronis dan akut. Kebohongan, kebencian, iri, dengki, dendam, sombong, serakah, dan berbagai sifat jahat yang dilarang Allah, hanya akan memunculkan kerusakan sistem saraf kita sendiri. Persis seperti cara kerja virus-virus komputer.

Sebaliknya, ketulusan, kesabaran, kerendah-hatian, kasih sayang, dan berbagai sifat baik yang dicontohkan Rasulullah akan menguatkan dan mengoptimalkan sistem kerja saraf dan kejiwaan kita. Dan ujung-ujungnya, akan menyebar ke seluruh tubuh kita sehingga menjadi sehat lahir dan batin.

Pusat jiwa ada di balik otak. Jika otak dengan segala susunan sarafnya rusak, maka jiwa pun akan mengalami kerusakan. Orang gila, hilang ingatan, idiot, alzhemeir, sadistis, dan berbagai gangguan kejiwaan, ternyata menunjukkan adanya kelainan pada susunan dan sistem kerja sarafnya. Sebaliknya, orang yang mengalami kerusakan pada sistem sarafnya, dipastikan juga akan mengalami gangguan fungsi jiwanya. Ya, kita telah memperoleh sinyal sangat kuat, bahwa jiwa bersemayam di balik otak.

Karena itu, perbaikan kualitas jiwa seiring dengan perbaikan kualitas otak. Bukan hanya otak dalam arti logika, memori, rasionalitas, dan analisa. Melainkan juga dalam arti emosional dan spiritual. Otak adalah organ yang secara utuh mewakili kualitas jiwa seseorang yang tergambar dalam sistem limbiknya. Karena itu, meskipun kedokteran masa depan sedemikian maju, sehingga bisa melakukan transplantasi ginjal, liver, sampai jantung sekalipun, para ahli ini tidak akan melakukan transplantasi otak. Karena, jika sampai terjadi transplantasi otak, seluruh kepribadian orang itu akan berganti menjadi orang lain sama sekali..!

Jika jiwa berada di balik otak, dimanakah sang ruh berada? Ruh adalah aktor yang berada di balik hidup-tidaknya seorang manusia. Mirip dengan listrik yang menghidupi komputer. Dimana pun Anda colokkan kabel listrik komputer Anda, maka komputer itu bisa hidup. Tentu saja asal spec listriknya sesuai. Komputer saya, komputer Anda, dan komputer kawan-kawan kita semua membutuhkan listrik yang sama.

Yang membedakan hanyalah perangkat keras dan perangkat lunaknya. Demikian pula ruh kita, adalah sama. Ialah sifat-sifat Ketuhanan yang sudah melingkupi seluruh alam semesta. Mulai dari yang kita anggap ’benda-benda mati’, tumbuhan, binatang, malaikat, jin, sampai manusia. Semuanya berada di dalam Dzat yang Maha Hidup. Tinggal seberapa tinggi kualitas badan dan jiwa yang akan tersambung kepada Ruh Kehidupan, itulah yang akan menentukan seberapa tinggi kualitas ’kehidupan’ yang melingkupinya.

Dari semua makhluk, yang tertinggi adalah manusia. Karena itu, manusialah yang disebut mendapat tiupan ’sebagian’ ruh-Nya secara sempurna. Sedangkan yang lain, memperoleh dalam skala yang lebih rendah. Dalam sudut pandang ini, ternyata tidak ada makhluk mati di alam semesta ini. Yang ada cuma perbedaan kualitas kehidupannya belaka...

Maka, dimanakah ruh ilahiah itu bersemayam di dalam diri kita? Tentu saja bersemayam di seluruh penjuru tubuh kita. Mulai dari rambut sampai ujung kuku jari kaki. Mulai dari sel-sel sebagai unit terkecil kehidupan sampai pada jaringan sel, organ dan tubuh secara keseluruhan. Karena itu, rambut kita hidup, mata kita hidup, mulut kita hidup, seluruh organ, jaringan dan sel-sel, semuanya hidup. Itu karena dilingkupi oleh sifat Maha Hidup Allah yang telah ditularkan lewat sebagian ruh-Nya yang telah ditiupkan ke dalam diri kita. Dan akan mati, ketika sudah ditinggal oleh ruh yang menghidupinya. Ini mirip dengan komputer yang kehabisan listrik karena colokannya dicabut, atau baterainya telah drop.

Saat kematian datang, tubuh manusia mengalami kehancuran secara dramatis. Triliunan sel-selnya rusak secara bertahap dengan sangat cepat hanya dalam kurun waktu sekitar 6 jam. Dan mulai membusuk. Organ-organ dalamnya membusuk, jaringan sel-selnya membusuk, otaknya membusuk, dan darah yang membeku di dalam tubuh itu pun membusuk. Kecuali beberapa bagian, seperti tulang, gigi dan rambut. Kehidupan telah meninggalkan jasadnya, karena sang ruh telah terpisah dari badannya.

Kemanakah sang jiwa? Sang jiwa terlepas pula dari badan yang sudah membusuk itu. Istilah QS. 39: 29 diatas: jiwanya ’ditahan’ oleh Allah. Seperti sebuah video player yang di-pause. Berbeda dengan orang yang tidur: jiwanya akan dikembalikan lagi. Ibarat video, telah di-play kembali.

Nah, ketika di-pause itu apa yang terjadi dengan jiwa? Sang jiwa tidak rusak, karena yang rusak memang hanya badannya. Perangkat keras alias hardware-nya saja. Sedangkan perangkat lunak alias software-nya, tidak. Hanya, tidak bisa teraplikasi disebabkan badan sebagai perangkat kerasnya tidak berfungsi lagi. Jadi, si software itu masih hidup di alamnya sendiri, yakni di alam software. Kenapa ia masih hidup? Karena sang software itu terlepas dari badan bersamaan dengan ruh, sebagai sumber kehidupan.

Tidak mudah memang membayangkan bagaimana ada software masih ‘hidup’ ketika dia tidak teraplikasi di dalam hardware. Tetapi, bagi yang tidak asing dengan dunia energi tentu lebih bisa membayangkan bahwa ada ‘segumpal energi’ yang bisa bergerak dan berdinamika kesana kemari meskipun tidak ‘menumpang’ pada sosok materi. Karena, selain merambat secara konduksi dan konveksi, energi juga bisa merambat secara radiasi tanpa membutuhkan perantara. Inilah yang dalam ilmu kedokteran jiwa dikenal sebagai Bioplasma alias badan halus.

Begitulah kira-kira pemahamannya, ketika Allah mengatakan dalam Firman-Nya bahwa manusia yang sudah mati ternyata jiwanya masih hidup.

QS. Al Baqarah (2): 154
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; sebenarnyalah mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.

Mereka hidup di dunia energi dan informasi, bukan di dunia materi yang kasat mata. Karena itu, segala aktifitas mereka adalah aktifitas-aktifitas yang bersifat energial dan informasi belaka. Diantaranya, kepada mereka ditunjukkan informasi masa depan mereka sendiri ketika kelak berada di alam akhirat. Yakni, azab neraka bagi orang-orang yang banyak berbuat jahat...

QS. Al Mukmim (40): 46
Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat (dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir`aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras".

Kelak, di hari kebangkitan, sang bioplasma yang hidup bersama ruhnya itu akan dikembalikan lagi ke badan yang telah diutuhkan kembali oleh sang Pencipta. Maka, manusia akan hidup kembali seperti sediakala. Dirinya tersusun kembali dari badan, jiwa dan ruh. Dan kemudian akan memperoleh balasan sesuai amalan masing-masing dalam kehidupannya di alam akhirat...

QS. Yunus (10): 4
Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar dari Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya kembali (di hari berbangkit), agar Dia memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas serta azab yang pedih disebabkan oleh kekafiran mereka.


Wallahu a’lam bishshawab
~ salam ~


No comments:

Post a Comment