Sunday, January 27, 2013

KEIMANAN DOGMATIS & KEIMANAN SAINTIFIK


oleh Agus Mustofa·


Saya ingin memulai tulisan kedua ini dengan mengenalkan KEIMANAN Islam kepada kawan kita yang mengaku atheis, terkait dengan konsep ‘bertuhan’. Pemahaman tentang ‘iman’ yang tidak tepat akan menghasilkan persepsi ketuhanan yang juga keliru. Setidak-tidaknya, nggak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh al Qur’an.

Ada keimanan yang bersifat DOGMATIS, dan ada keimanan yang berdasar BUKTI-BUKTI. Keimanan di dalam Islam adalah keimanan yang dibangun berdasar bukti-bukti dengan memanfaatkan fungsi akal. Karena itu, menjadi keliru jika memahami keimanan Islam hanya berdasar dogmatisme, sebagaimana agama lain.

QS. Al Anbiyaa’ (21): 56
Ibrahim berkata: "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu".

QS. An Naml (27): 64
Atau siapakah yang menciptakan (manusia), kemudian mengulanginya? Dan siapakah yang memberikan rezki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah: "Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar".

Maka substansi keimanan terhadap adanya Tuhan - di dalam Islam - justru didasarkan pada eksplorasi akal terhadap segala realitas sekitar. Tujuannya adalah menemukan Kekuatan Maha Dahsyat yang menguasai dan mengendalikan alam semesta ini. Sebagaimana yang diceritakan Al Qur'an tentang 'pencarian Tuhan' oleh Nabi Ibrahim. Sehingga, keimanan di dalam Islam bukanlah keimanan yang sekedar ikut-ikutan berdasar tradisi sebagaimana dipersepsi oleh mereka yang tidak memahami Islam. Justru, yang demikian ini dikecam di dalam al Qur’an.

QS. Al Baqarah (2): 170
Dan bila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami terima dari (tradisi) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatu pun, dan tidak mendapat petunjuk?"

QS. Yusuf (12): 108
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan argumentasi yang jelas. Maha Suci Allah, dan aku bukan termasuk orang-orang yang menyekutukan (bertuhan kepada selain Allah)".

Maka, keimanan Islam harus dibangun berdasar eksplorasi akal dengan berpedoman pada kitab sucinya. Al Qur’an tidak mendogma penganutnya untuk ikut-ikutan dalam beragama, melainkan sebaliknya mendorong untuk bersikap kritis dan mencari bukti-bukti kebenaran yang terhampar di alam semesta. Inilah bedanya keimanan Islam dengan keimanan agama lain.

QS. Ali Imran (3): 7
… Dan tidak bisa mengambil pelajaran (dari Al Qur’an) kecuali orang-orang yang menggunakan akal.

QS. Ali Imran (3): 191
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (eksistensi Tuhan) bagi orang-orang yang berakal,

QS. Yunus (10): 100
Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah marah besar kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.

Sengaja saya kutipkan ayat-ayat Qur’an sebagai argumentasi, bahwa Islam mengajarkan keimanan yang berdasar pada ‘akal sehat’. Bukan dogma-dogma dan doktrin-doktrin tak berdasar. Itulah akal yang digunakan untuk memahami kebenaran dalam bertuhan. Bukan akal yang digunakan untuk ‘mengakal-akali’ kebenaran. Atau malah menjauhi Tuhan.

Klarifikasi yang kedua, adalah kaitan antara SAINS dengan KEIMANAN Islam. Boleh jadi di agama lain, keimanan bertabrakan dengan sains. Sebagaimana terekam dalam sejarah perkembangan agama Kristen di Eropa, misalnya. Tetapi, itu tidak pernah terjadi (dan seharusnya memang tidak terjadi) pada keimanan Islam. Justru, sejarah menunjukkan bahwa sains dan teknologi berkembang pesat di zaman keemasan Islam. Ilmu kedokteran, matematika, astronomi, kimia, metalurgi, filsafat, ekonomi, sosial, politik, tatanegara, dst, dlsb, justru memperoleh tempat yang terhormat. Sekaligus mendorong kualitas keimanan umat Islam kepada Tuhannya. Dan yang demikian memang didorongkan oleh al Qur’an, sebagai pedoman dalam beriman kepada Allah.

QS. Al Ghaasiyah (88): 17
Maka apakah mereka tidak mengobservasi unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

QS. An Nahl (16): 79
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (pelajaran) bagi orang-orang yang beriman.

QS. Asy Syu’araa (26): 7
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?

QS. An Naml (27): 86
Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (eksistensi Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.

QS. Luqman (31): 31
Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan karunia Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (pelajaran) bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.

QS. Az Zumar (39): 21
Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.

QS. Yaa siin (36): 77
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!

QS. Shaad (38): 29
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai akal mendapat pelajaran.

QS. Ath Thaariq (86): 5
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?

Dan ratusan ayat lagi yang memiliki semangat keilmuan dalam membangun keimanan kepada-Nya. Yang kalau saya tuliskan disini semuanya, mungkin bakal membosankan orang-orang yang tidak mengakui Tuhan. Tapi sebaliknya, bakal menguatkan orang-orang yang beriman. Mereka bisa merasakan kehadiran Allah sebagai Tuhan yang Maha Dahsyat di seluruh penjuru alam semesta yang diamatinya. Bahwa Allah telah meliputi seluruh horizon pandangannya, di langit dan di bumi, beserta segala yang ada diantara keduanya…

QS. An Nisaa’ (4): 126
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah Allah Maha Meliputi segala sesuatu.

Maka, bagi seorang muslim, sains adalah alat untuk melakukan pembuktian-pembuktian secara terukur dalam memahami ciptaan Allah yang terhampar di alam semesta. Sebuah mahakarya yang sempurna, dengan segala mekanisme hukum alam yang menyertainya. Manusia terlahir, menua, dan kelak menemui kematiannya. Bumi terlahir, menua, dan kelak juga menemui kehancurannya. Bintang dan matahari terlahir, menua, dan kelak pun menemui akhir masanya. Sebagaimana alam semesta juga terlahir, menua, dan kelak akan menemui keruntuhannya.

Demikian sempurnanya drama alam semesta dengan segala isinya, semata-mata untuk menunjukkan kepada manusia yang tinggi hati ini, bahwa yang kekal hanyalah Allah Tuhan Penguasa Jagad Semesta..! (Bersambung )

~ Salam Beragama dengan Akal Sehat ~


No comments:

Post a Comment