oleh Agus
Mustofa
Hmm,
akhirnya saya tergoda juga untuk menulis satu note tambahan. Ini karena,
tulisan saya di note sebelumnya masih belum dipahami dengan baik. Sehingga
terjadi distorsi yang ‘membahayakan’ pemahaman holistiknya. Yaitu, yang terkait
dengan pendapat: ‘’… bisa saja kita bilang manusia diciptakan dari bintang di
langit, toh unsurnya juga pasti sama (dengan bumi. pen.)…’’
Pendapat
yang sepintas ‘terasa benar’ ini sungguh bisa ‘menyesatkan’. Karena
sesungguhnya manusia adalah PRODUK PLANET BUMI. Bukan produk matahari, atau
bintang-bintang. Bahkan, juga bukan produk planet Mars, Yupiter, Saturnus,
Uranus, Neptunus, ataupun Mercurius dan Venus. Jadi, generalisasi tubuh manusia
terbentuk dari unsur-unsur bintang itu tak memperoleh pijakan data yang valid…
:(
Marilah saya
jelaskan lebih jauh. Memang, kalau tubuh manusia dilihat unsur-unsur
penyusunnya, sebagian besar terdiri dari atom Hidrogen, yang ini juga menjadi
unsur dominan di matahari dan bintang. Tetapi point utamanya bukan pada atom,
melainkan MOLEKUL dan SEL. Kalau Anda cuma bicara atom, maka itu sekedar bicara
'debu' yang memang berhamburan di angkasa raya. Karena ia adalah sisa-sisa
ledakan kuno: big bang. Hidrogen adalah atom paling tua di seluruh penjuru alam
semesta yang jumlahnya melimpah dimana-mana.
Tapi,
masalah utamanya tubuh manusia bukan hanya terdiri dari Hidrogen. Melainkan
H2O. Dan ini tidak terdapat di bintang atau matahari. Dikarenakan suhunya yang
sangat tinggi, sehingga tidak mampu menghasilkan H2O. Bahkan, juga tidak
terjadi di planet-planet tatasurya kita lainnya yang tidak mendukung munculnya
kehidupan disana. Juga, belum diketemukan di planet-planet mirip bumi yang
konon tersebar di berbagai galaksi, ataupun matahari selain yang kita miliki.
MANUSIA adalah makhluk hidup KHAS BUMI.
Maka, sama
sekali bukan hal sepele, jika kita menyimpulkan manusia diciptakan dari unsur
bintang. Dampaknya, sebagaimana saya tulis dalam note sebelumnya, bisa
memunculkan kesimpulan yang terdistorsi. Bahwa, berita Al Qur’an tidak
saintifik, filososinya gak jelas, dan teologinya kacau. Saya berharap
kawan-kawan bisa melihat hal ini lebih jernih. Jangan ini dianggap terlalu
membesarkan-besarkan contoh sepele. Karena, justru dari ‘pemilihan contoh’
itulah tergambar konsep berpikir pencetusnya.
Penjelasan
ini, akan menjadi lebih gamblang ketika kita menelusuri lebih jauh. Bahwa, H2O
itu baru syarat dasar. Masih ada molekul-molekul gula, protein, lemak, dan
berbagai mineral. Yang semua itu tidak terdapat di bintang dan matahari. Semua
MOLEKUL pembentuk sel itu terdapat di Bumi, sebagai hasil proses
pen-saripati-an oleh makhluk-makhluk hidup berderajat rendah secara evolusi.
Karena itu,
saya sempat mengatakan di note sebelumnya: bahwa tidak ada data secuil pun yang
menunjukkan tubuh manusia terbentuk dari bintang atau matahari. Karena,
unsur-unsurnya belum mencukupi untuk membentuk tubuh manusia. Adalah sebuah
simplifikasi yang berlebihan, ketika kawan kita memberikan argumentasi:
‘’karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari Hidrogen, maka bolehlah
manusia disebut dibuat dari unsur-unsur bintang’’.
Tolong
dipahamkan lagi, tubuh manusia TIDAK AKAN terbentuk, jika bahan dasarnya hanya
HIDROGEN. Ia membutuhkan puluhan jenis unsur yang harus klop supaya bisa
membentuk tubuh manusia yang hidup. Dan itu HANYA ada di BUMI: berupa ‘saripati
tanah’ dan air. (Apa yang kita bicarakan ini baru seputar bahan dasar, belum
mekanisme munculnya kehidupan, yang demikian canggih lewat sebuah mekanisme
‘Random yang Terkendali’..! Bukan seperti teori Darwinian yang sepenuhnya
berdasar pada konsep ‘acak tak terkendali’).
Gambarannya
akan tampak lebih jelas ketika kita bicara sel hidup. Yang ini justru menjadi
kekhasan manusia sebagai makhluk paling kompleks di muka bumi. Bahkan di
seluruh penjuru alam semesta. Bahwa manusia bukanlah seonggok kapur yang
menyusun tulang belulangnya. Juga bukan seonggok lemak dan protein yang
membentuk daging serta ototnya. Juga bukan seember air yang melarutkan
keping-keping darah, keringat, dan berbagai cairan tubuh. Melainkan sebuah
organisme hidup yang tersusun dari triliunan sel yang berkoordinasi dengan
sangat canggih dan menakjubkan. Yang saya kira, saya tak perlu menjelaskan ini
lebih jauh, karena sudah saya jelaskan dalam sejumlah buku saya, yang bercerita
tentang penciptaan manusia.
Point yang ingin saya sampaikan sebenarnya
bukanlah soal bahan baku tubuh manusia itu, melainkan POLA PIKIR yang ada di
balik pengambilan contoh tersebut. Terjadi generalisir, yang saya sebut sebagai
‘kesembronoan’ dalam mengambil kesimpulan. Sehingga, sempat membuat kawan kita
‘pusing’, karena saya dianggap membesar-besarkan masalah … :)
Tapi
mudahan-mudahan dengan adanya ‘note tambahan’ ini, kawan-kawan bisa semakin
jernih memahami tulisan saya sebelumnya. Bahwa berita al Qur’an demikian clear
secara saintifik. Filosofinya pun sangat jelas, tidak ada kontradiksi. Dan,
teologinya tidak rancu dan complicated. Malahan, sangat sederhana.
Apalagi bagi orang yang mau membuka ‘hatinya’. Karena, pendekatan logika dan
rasionalitas yang menjadi dasar berpikir ilmiah itu sebenarnya memang ‘sangat
kering’…
QS. Ar Ruum
(30): 53
Dan kamu
sekali-kali tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta
(mata hatinya) dari ketersesatannya. Dan kamu tidak dapat memperdengarkan
(petunjuk Tuhan) melainkan kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat
Kami. Mereka itulah orang-orang yang telah muslim (berserah diri hanya
kepada-Nya)…
~ Salam
Beragama dengan Akal Sehat ~