oleh Agus
Mustofa
Sekitar 70 %
tubuh manusia dewasa terdiri dari air, sisanya adalah saripati tanah. Pada anak
kecil, kurang lebih 80 % tubuhnya tersusun dari air, dan sisanya saripati
tanah. Sedangkan pada janin di dalam rahim, tak kurang dari 90 % tubuhnya
adalah air, sisanya adalah saripati tanah. Dan ujung-ujungnya, sekitar 95 %
bahan sperma adalah air, sisanya saripati tanah…!
Sebuah
korelasi yang sangat menakjubkan antara data-data empiris dengan ayat-ayat Al
Qur’an. Allah menyebut manusia berasal dari campuran air yang berpadu dengan
unsur-unsur saripati tanah. Bukan berasal dari bintang di langit yang
unsur-unsurnya 99 % berupa campuran Hidrogen dan Helium. Apalagi, sudah pasti,
disana tidak ada air.
Jadi, adalah
sebuah kesimpulan yang ‘sembrono’ ketika ada pendapat yang mengatakan: ‘’… bisa
saja kita bilang manusia diciptakan dari bintang di langit, toh unsurnya juga
pasti sama (dengan bumi. pen.)…’’. Semata-mata, hanya karena ingin mengatakan
bahwa berita Al Qur’an ‘meragukan secara ilmiah’, ‘tidak jelas secara
filosofis’, dan ‘rancu secara teologis’.
‘Kesembronoan’
itu memang sudah terlihat dari cara membangun pijakan berpikir yang lemah,
dengan mengatakan bahwa ‘bisa saja manusia tercipta dari bintang’. Yakni sebuah
pendapat yang tidak didukung oleh data empiris secuil pun. Sehingga, hanya
dengan satu pertanyaan yang sangat sederhana, seluruh kerangka pikiran yang
dibangun sesudahnya bisa runtuh.
Cobalah
ditanyakan: adakah ‘satu data’ saja yang menunjukkan bahwa makhluk hidup
berasal dari bintang dan matahari? Tentu saja, jawabnya sangat gamblang: tidak
ada. Dengan demikian, kita bisa mengambil kesimpulan pertama, bahwa cara
berpikir semacam inilah yang justru ‘meragukan secara ilmiah’. Meminjamkan
istilah kawan kita yang atheis: ‘scientifically meragukan’… ;)
Ini sangat
berbalikan dengan informasi Al Qur’an yang sangat clear secara scientific.
Bahwa manusia diciptakan dari campuran air dan unsur-unsur yang berasal dari
tanah, dan kemudian diproses menjadi air mani alias sperma dan ovum. Sehingga
kalau ditanyakan: apakah ada bukti empirisnya bahwa tubuh manusia tersusun dari
air dan unsur-unsur tanah? Ooh, silakan dicek sendiri aja ke sekitar. Jumlahnya
miliaran, sebanyak manusia penghuni bumi… :)
QS. Al
Furqaan (25): 54
Dan Dia
(Allah) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan
manusia itu (punya) keturunan dan kekerabatan. Dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
QS. As
Sajdah (32): 8
Kemudian Dia
menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).
QS. Al
Mukminuun (23): 12-13
Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (yang
berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikan saripati itu air mani di
dalam tempat yang kokoh (rahim).
Jadi, adalah
sebuah ‘kesimpulan yang fatal’ jika dia berpendapat bahwa Al Qur’an tidak
saintific ketika berlawanan dengan teori evolusi Darwin. Itu terungkap dari
kalimatnya: 1. Al Qur’an bilang manusia dari tanah. 2. Science bilang
manusia bukan dari tanah. 3. Apakah manusia dari tanah? 4. Kalau
jawabannya ‘dari tanah’, berarti Al Qur’an benar. Kalau sebaliknya, science
yang benar. Lebih lanjut, kalau Darwinian evolution itu benar maka
manusia tidak dari tanah (Btw, saya tidak bilang mana yang benar dan mana yang
salah. “KALAU”) Sehingga menjadi complicated ketika seseorang bilang Al
Qur’an yang benar, tetapi juga percaya bahwa Darwinian evolution benar.
Kesimpulan
yang menurutnya complicated ~ rumit dan rancu ~ itu sebenarnya
dibuat-buat sendiri, hanya karena ingin mempertahankan pendapat bahwa Al Qur’an
dan Sains tidak bisa disatukan. Kesalahan-kesalahan itu muncul karena: 1. Dia sudah
berasumsi Qur’an dan Sains tidak bisa disatukan. 2. Menggeneralisir bahwa
saintifik itu harus seperti Darwinian. Artinya, jika tidak Darwinian pasti
tidak saintifik. 3. Telah terjadi simplifikasi yang berlebihan dalam mengambil
kesimpulan tentang ayat-ayat Qur’an yang bercerita ‘penciptaan manusia dari
tanah’ itu, sehingga hasilnya distorsi. 4. Akhirnya lahirlah kesimpulan:
‘Philosophically Gak Jelas’ dan ‘Theologically Complicated’… :(
Padahal,
kesimpulannya akan menjadi sangat jernih, jika asumsinya tanpa pretensi dan
open minded. Yaitu, terima sajalah apa pun kemungkinannya, bahwa: 1. Al Qur’an bisa
seiring dengan sains ataupun sebaliknya. 2. Yang disebut saintifik itu tidak
harus seperti yang dikemukakan oleh teori Darwin. Karena Teori Darwin memiliki
banyak kelemahan. 3. Berhati-hatilah menyimpulkan proses penciptaan
manusia yang diceritakan al Qur’an, agar tidak terjebak pada simplifikasi yang
distortif. Karena itu, meskipun sudah saya singgung serba sedikit di awal
tulisan ini, jika ingin detil Anda bisa membacanya dalam buku saya yang
berjudul: ‘Ternyata Adam Dilahirkan’ dan ‘Bersyahadat di Dalam Rahim’,
tentang bagaimana memahami proses penciptaan manusia dari ayat-ayat Qur’an
secara ilmiah.
Hal
berikutnya, yang sempat membingungkan kawan kita ini, adalah soal proses random
dalam evolusi. Dia mengatakan begini: ‘’… bagaimana Tuhan mengarahkan
sebuah proses yang seharusnya tidak diarahkan? Bagaimana Tuhan punya
tujuan untuk proses yang seharusnya tidak bertujuan? That’s the
logical problem here.’’
Artinya,
menurutnya adalah ‘tidak logis’ menyimpulkan sebuah teori ‘Evolusi yang
Bertuhan’. Yang saya menyebutnya di dalam buku ‘Ternyata Adam Dilahirkan’
sebagai ‘Penciptaan Bertingkat’. Atau, kalau istilah kawan kita adalah: Godly
Evolution.
Hmm,
lagi-lagi ia terjebak pada asumsi yang dibikin ribet sendiri.. ;) Bahwa, jika
prosesnya evolusi maka tidak mungkin melibatkan Tuhan. Alias, kalau melibatkan
Tuhan pasti harus bukan proses evolusi. Sebuah paradigma yang tidak open
minded. Padahal, jika ia mau membuka ‘hatinya’ secara jernih (Hhehe, saya
lupa kalau di dunia ilmiah tidak ada istilah ‘hati’…), sebenarnya, sangat mudah
untuk memadukan keduanya. Yakni, adalah mungkin-mungkin saja, Tuhan menciptakan
makhluk hidup secara evolutif. No problemo.
Problem yang
menghalangi kawan kita, ternyata hanyalah soal makna kata ‘Random’. Yakni,
bahwa seleksi alam adalah sebuah peristiwa yang random, acak, tak punya tujuan,
dan tidak bisa dikendalikan. Saya ingin menambahkan informasi, bahwa ‘random’
itu bukan hanya terjadi di dunia biologi, khususnya seleksi alam. Melainkan
juga terjadi di dunia Fisika dengan teori kuantumnya. Salah satu pelopornya
yang sangat terkenal adalah Werner Heisenberg, yang kemudian melahirkan Teori
Ketidakpastian Heisenberg.
Inti ‘teori
ketidakpastian’ itu adalah bahwa semua peristiwa berjalan secara acak.
Sehingga, tidak ada yang pasti di alam ini. Hanya ada satu yang boleh disebut
pasti, yaitu ‘ketidakpastian’ itu sendiri. Ia sempat ditentang oleh
Einstein sampai akhir hayatnya, karena menurut pelopor teori relativitas itu
segala sesuatu berjalan dengan pasti dan terukur. Tapi kelak, ternyata teori
kedua tokoh Fisika yang berseberangan itu bisa digabungkan oleh Feynman menjadi
teori Elektrodinamika Kuantum, yang melahirkan berbagai pengembangan teknologi
mutakhir seperti TV, laser, microchip computer, bom atom, dan lain sebagainya.
Sesuatu yang
acak, ternyata bukan tidak bisa dikendalikan. Bahkan, sudah terbukti bisa
dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi mutakhir. Ini mirip dengan rekayasa
genetika yang berbasis pada ‘mutasi random’, yang dipermasalakan oleh kawan
kita itu. Kini ilmu rekayasa genetika berkembang luar biasa dahsyatnya. Bahwa
mutasi genetika yang dulu dianggap sebagai sesuatu yang tak bisa dikendalikan
itu sekarang malah jadi ‘mainan’ para ahli untuk dikendalikan dan dimanfaatkan.
Lha, kalau manusia aja bisa, apalagi Tuhan. Sama sekali tidak ada
kontradiksi di dalamnya. Baik-baik saja.
Bahkan
genome sudah dipetakan. Kemudian diutak-atik untuk menghasilkan mutasi yang
terarah. Muncullah teknologi transgenic yang sudah merambah tanaman dan hewan.
Mis: binatang-binatang kini bisa dibikin berpendar, mulai dari ikan, kelinci,
monyet, anjing, dlsb. Demikian pula padi, kapas, jagung, tomat, dan berbagai
buah-buahan sudah bisa dimutasi-genetik-kan menjadi memiliki sifat berbeda dari
aslinya. Bahkan, dengan adanya teknologi cloning serta stem sel, kini rekayasa
genetika telah melampaui seleksi alam yang konon random dan tak terkendali itu.
Kenapa tidak..?!
Jadi, sama
sekali tidak ada philosophy yang tidak jelas dalam hal ini. Yang ada
hanyalah sudut pandang yang terlalu sempit, sehingga menganggap alam semesta
tidak punya kecerdasan yang mengendalikan seluruh proses evolusi. Saya adalah
penganut teori evolusi, tetapi bukan evolusi Darwin yang sempit. Melainkan
Evolusi Ketuhanan (Godly Evolution) dengan segala kecanggihan desain-Nya yang
sangat menakjubkan..!
QS. Luqman
(31): 10-11
Dia (Allah)
menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia menempatkan gunung-gunung
di bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu. Dan mengembang biakkan
padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan
dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan
yang baik.
Inilah
ciptaan Allah, maka perlihatkanlah
kepadaku apa yang telah diciptakan oleh tuhan-tuhan selain
Allah. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan
yang nyata.
~ Salam
Beragama dengan Akal Sehat ~
VR Racing | Live | Live - 2021 - RMR Casino 우리카지노 우리카지노 우리카지노 계열사 우리카지노 계열사 메리트 카지노 주소 메리트 카지노 주소 카지노 카지노 다파벳 다파벳 949 Bonus Codes | Playtech Review - Games & Bonuses
ReplyDelete