Akhir-akhir ini diberbagai media, baik media cetak maupun media
elektronik berupa televisi dan internet sesak diisi oleh berita banjir yang
melanda Jakarta dan sekitarnya. Ya,
bulan Januari memang musim penghujan dalam penanggalan iklim di Indonesia.
Terlebih lagi orang Indonesia memiliki pengertian khusus untuk bulan Januari, yakni
Januari adalah hujan sehari-hari.
Mengenai proses terbentuknya hujan, saya yakin sudah banyak dari kita
yang memahami. Atau setidaknya mengetahui sedikit tentangnya. Tapi tidak ada
salahnya kita menyimak kembali sambil merenungkan proses terjadinya hujan untuk
diambil pelajaran darinya.
Berikut ini pemaparan khas dari ilmuan dan pemikir islam asal Turki Adnan
Oktar, atau yang lebih dikenal dengan nama penanya Harun Yahya.
Proses terbentuknya hujan masih
merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah
radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan..
Pembentukan hujan berlangsung dalam
tiga tahap. Pertama, "bahan baku" hujan naik ke udara, lalu awan
terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat.
Tahap-tahap ini ditetapkan dengan
jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang
tepat mengenai pembentukan hujan,
"Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu
menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang
dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan
keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai
hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira" (Al Qur'an, 30:48)
Kini, mari kita amati tiga tahap yang
disebutkan dalam ayat ini.
TAHAP KE-1: "Dialah Allah Yang mengirimkan angin..."
Gelembung-gelembung udara yang
jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah
terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit.
Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak
ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk
awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut,
sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut "perangkap
air".
TAHAP KE-2: “...lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal..."
Awan-awan terbentuk dari uap air yang
mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara.
Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan
0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi,
langit ditutupi dengan awan-awan.
TAHAP KE-3: "...lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya..."
Partikel-partikel air yang
mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan
membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada
udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Semua tahap pembentukan hujan telah
diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan
dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi,
lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai
fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada
ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
Dalam sebuah ayat, informasi tentang
proses pembentukan hujan dijelaskan:
"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian
mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya
bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan
Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari
(gumpalan- gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya
(butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya
dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir
menghilangkan penglihatan." (Al Qur'an, 24:43)
Para ilmuwan yang mempelajari
jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan berkenaan dengan proses
pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang mengambil bentuk tertentu,
terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-tahap pembentukan
kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut:
TAHAP - 1, Pergerakan awan oleh angin:
Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh angin.
TAHAP - 2, Pembentukan awan yang lebih
besar: Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling
bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.
TAHAP - 3, Pembentukan awan yang
bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung
membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di
dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah
dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan
tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling
bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan
besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih
dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin
membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi
mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan
jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es, dsb. (Anthes, Richard A.; John J.
Cahir; Alistair B. Fraser; and Hans A. Panofsky, 1981, The Atmosphere, s. 269;
Millers, Albert; and Jack C. Thompson, 1975, Elements of Meteorology, s.
141-142)
Kita harus ingat bahwa para ahli
meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui proses pembentukan awan hujan
ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya, dengan menggunakan peralatan
mutakhir seperti pesawat terbang, satelit, komputer, dsb. Sungguh jelas bahwa
Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui
1400 tahun yang lalu.
No comments:
Post a Comment