oleh Agus
Mustofa·
Saya ingin
memulai tulisan kedua ini dengan mengenalkan KEIMANAN Islam kepada kawan kita
yang mengaku atheis, terkait dengan konsep ‘bertuhan’. Pemahaman tentang ‘iman’
yang tidak tepat akan menghasilkan persepsi ketuhanan yang juga keliru.
Setidak-tidaknya, nggak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh al Qur’an.
Ada keimanan
yang bersifat DOGMATIS, dan ada keimanan yang berdasar BUKTI-BUKTI. Keimanan di
dalam Islam adalah keimanan yang dibangun berdasar bukti-bukti dengan
memanfaatkan fungsi akal. Karena itu, menjadi keliru jika memahami keimanan
Islam hanya berdasar dogmatisme, sebagaimana agama lain.
QS. Al
Anbiyaa’ (21): 56
Ibrahim
berkata: "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang
telah menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan
bukti atas yang demikian itu".
QS. An Naml
(27): 64
Atau
siapakah yang menciptakan (manusia), kemudian mengulanginya? Dan siapakah yang
memberikan rezki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada
tuhan (yang lain)?. Katakanlah: "Unjukkanlah bukti
kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar".
Maka
substansi keimanan terhadap adanya Tuhan - di dalam Islam - justru didasarkan
pada eksplorasi akal terhadap segala realitas sekitar. Tujuannya adalah
menemukan Kekuatan Maha Dahsyat yang menguasai dan mengendalikan alam semesta
ini. Sebagaimana yang diceritakan Al Qur'an tentang 'pencarian Tuhan' oleh Nabi
Ibrahim. Sehingga, keimanan di dalam Islam bukanlah keimanan yang sekedar
ikut-ikutan berdasar tradisi sebagaimana dipersepsi oleh mereka yang tidak
memahami Islam. Justru, yang demikian ini dikecam di dalam al Qur’an.
QS. Al
Baqarah (2): 170
Dan bila
dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,"
mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang
telah kami terima dari (tradisi) nenek moyang kami". "(Apakah
mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui
sesuatu pun, dan tidak mendapat petunjuk?"
QS. Yusuf
(12): 108
Katakanlah:
"Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
kepada Allah dengan argumentasi yang jelas. Maha Suci Allah, dan aku
bukan termasuk orang-orang yang menyekutukan (bertuhan kepada selain
Allah)".
Maka,
keimanan Islam harus dibangun berdasar eksplorasi akal dengan berpedoman pada
kitab sucinya. Al Qur’an tidak mendogma penganutnya untuk ikut-ikutan dalam
beragama, melainkan sebaliknya mendorong untuk bersikap kritis
dan mencari bukti-bukti kebenaran yang terhampar di alam semesta. Inilah
bedanya keimanan Islam dengan keimanan agama lain.
QS. Ali
Imran (3): 7
… Dan tidak
bisa mengambil pelajaran (dari Al Qur’an) kecuali orang-orang
yang menggunakan akal.
QS. Ali
Imran (3): 191
Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda (eksistensi Tuhan) bagi orang-orang yang berakal,
QS. Yunus
(10): 100
Dan tidak
ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah marah
besar kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
Sengaja saya
kutipkan ayat-ayat Qur’an sebagai argumentasi, bahwa Islam mengajarkan keimanan
yang berdasar pada ‘akal sehat’. Bukan dogma-dogma dan doktrin-doktrin tak
berdasar. Itulah akal yang digunakan untuk memahami kebenaran dalam bertuhan.
Bukan akal yang digunakan untuk ‘mengakal-akali’ kebenaran. Atau malah menjauhi
Tuhan.
Klarifikasi
yang kedua, adalah kaitan antara SAINS dengan KEIMANAN Islam. Boleh jadi di
agama lain, keimanan bertabrakan dengan sains. Sebagaimana terekam dalam
sejarah perkembangan agama Kristen di Eropa, misalnya. Tetapi, itu tidak pernah
terjadi (dan seharusnya memang tidak terjadi) pada keimanan Islam. Justru,
sejarah menunjukkan bahwa sains dan teknologi berkembang pesat di zaman
keemasan Islam. Ilmu kedokteran, matematika, astronomi, kimia, metalurgi,
filsafat, ekonomi, sosial, politik, tatanegara, dst, dlsb, justru memperoleh
tempat yang terhormat. Sekaligus mendorong kualitas keimanan umat Islam kepada
Tuhannya. Dan yang demikian memang didorongkan oleh al Qur’an, sebagai pedoman
dalam beriman kepada Allah.
QS. Al
Ghaasiyah (88): 17
Maka apakah
mereka tidak mengobservasi unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana
ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana
ia dihamparkan?
QS. An Nahl
(16): 79
Tidakkah
mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa
bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (pelajaran) bagi
orang-orang yang beriman.
QS. Asy
Syu’araa (26): 7
Dan apakah
mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di
bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?
QS. An Naml
(27): 86
Apakah
mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan malam
supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi?
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (eksistensi Tuhan)
bagi orang-orang yang beriman.
QS. Luqman
(31): 31
Tidakkah
kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut
dengan karunia Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari
tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (pelajaran) bagi semua orang yang sangat sabar lagi
banyak bersyukur.
QS. Az Zumar
(39): 21
Apakah kamu tidak
memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit,
maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian
ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu
ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya
hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
QS. Yaa siin
(36): 77
Dan apakah
manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani),
maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!
QS. Shaad
(38): 29
Ini adalah
sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai akal
mendapat pelajaran.
QS. Ath Thaariq
(86): 5
Maka
hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?
Dan ratusan
ayat lagi yang memiliki semangat keilmuan dalam membangun keimanan kepada-Nya.
Yang kalau saya tuliskan disini semuanya, mungkin bakal membosankan orang-orang
yang tidak mengakui Tuhan. Tapi sebaliknya, bakal menguatkan orang-orang yang
beriman. Mereka bisa merasakan kehadiran Allah sebagai Tuhan yang Maha Dahsyat
di seluruh penjuru alam semesta yang diamatinya. Bahwa Allah telah meliputi
seluruh horizon pandangannya, di langit dan di bumi, beserta segala yang ada
diantara keduanya…
QS. An
Nisaa’ (4): 126
Kepunyaan
Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah
Allah Maha Meliputi segala sesuatu.
Maka, bagi
seorang muslim, sains adalah alat untuk melakukan pembuktian-pembuktian secara
terukur dalam memahami ciptaan Allah yang terhampar di alam semesta. Sebuah
mahakarya yang sempurna, dengan segala mekanisme hukum alam yang menyertainya.
Manusia terlahir, menua, dan kelak menemui kematiannya. Bumi terlahir, menua,
dan kelak juga menemui kehancurannya. Bintang dan matahari terlahir, menua, dan
kelak pun menemui akhir masanya. Sebagaimana alam semesta juga terlahir, menua,
dan kelak akan menemui keruntuhannya.
Demikian
sempurnanya drama alam semesta dengan segala isinya, semata-mata untuk
menunjukkan kepada manusia yang tinggi hati ini, bahwa yang kekal hanyalah
Allah Tuhan Penguasa Jagad Semesta..! (Bersambung )
~ Salam
Beragama dengan Akal Sehat ~
No comments:
Post a Comment