oleh Agus
Mustofa
Setelah
memahami bahwa kehidupan Bumi pasti bakal berakhir, salah satu ‘kata kunci’
dalam memahami buku ‘Akhirat Tidak Kekal’ adalah definisi tentang ‘alam dunia’
dan ‘alam akhirat’. Ini perlu kita pahamkan terlebih dulu, agar persepsi kita
tentang kedua alam ini bertemu dalam satu frame yang sama. Karena kalau
tidak, diskusi kita selanjutnya tidak akan nyambung.
Dalam
menjelaskan ketidak-kekalan akhirat ini saya sengaja tidak menjawab pertanyaan
kawan-kawan secara langsung satu persatu dan sporadis. Karena, hal itu akan
menjadikan diskusi tidak terarah dan berputar-putar tak ada ujung pangkalnya.
Namun, jangan khawatir, pertanyaan yang Anda posting di sini saya catat kok,
dan kemudian saya rangkum dalam jawaban yang terstruktur dalam bentuk notes
secara bersambung, supaya Anda enak membaca dan menyimpulkannya.
Ada yang
bertanya: apakah dunia dan akhirat sudah ada secara bersamaan? Maka, jawaban
saya adalah: IYA. Kedua alam ini sudah ada sekarang, secara bersama-sama,
paralel dalam dimensi yang berbeda. Dari mana sumber informasinya? Tentu saja
dari dalam Al Qur’an, karena istilah alam dunia dan akhirat itu memang berasal
dari Al Qur’an.
Kalau Anda
baca ayat-ayat Al Qur’an, banyak sekali istilah ‘dunia’ dan ‘akhirat’ itu.
Apakah yang dimaksud dengan ‘dunia’? Dalam kamus bahasa Arab kata dunia berasal
dari akar kata ‘danaa’ yang diantaranya bermakna ‘mendekat’ atau ‘dekat
dengan’. Bisa juga bermakna ‘rendah’ dalam kualitas. Maka, rangkuman makna dari
‘alam dunia’ adalah alam yang dekat dan rendah. Ini mengambarkan fisik
sekaligus kualitas ‘dunia’ dalam pandangan Islam.
Sedangkan,
akhirat berasal dari kata ‘akhara’ yang bermakna ‘mengakhirkan’
atau menunda, menangguhkan, melambatkan, menyisakan, dan semacamnya. Sehingga
makna kata ‘alam akhirat’ adalah alam kehidupan yang terakhir. Disinilah
ayat-ayat Al Qur’an dipahami secara kontroversial, bahwa alam akhirat ada yang
memahaminya sebagai alam yang kekal tak punya akhir lagi, karena ia sudah yang
‘paling akhir’. Pada waktunya nanti akan saya tunjukkan, bahwa kehidupan
akhirat memang kehidupan terakhir, tetapi ‘bukan fase terakhir’ drama
penciptaan manusia.
Maka,
tentang posisi dunia dan akhirat itu kita bisa merujuk kepada
informasi-informasi di dalam Al Qur’an. Bahwa dunia adalah alam yang paling
dekat dengan kehidupan kita, yang oleh ayat berikut ini disebut sebagai alam
yang berisi bintang-bintang alias benda-benda langit. Dengan kata lain, selama
alam itu adalah ruangan yang berisi benda-benda langit sebagaimana bisa kita
observasi, itu adalah masih langit dunia.
QS. Al Mulk
(67): 5
Sesungguhnya
Kami telah menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang...
Selain
bermakna kosmologis, alam dunia juga bermakna kehidupan di muka bumi dengan
segala hiruk pikuknya, yang oleh ayat berikut ini disebut sebagai ‘kehidupan
rendah’ dan ‘main-main’ belaka. Sedangkan kehidupan akhirat disebut sebagai
kehidupan yang jauh lebih baik.
QS. Al
An’aam (6): 32
Dan tiadalah
kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh
kehidupan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah
kamu memahaminya?
Di manakah
alam akhirat berada? Secara kosmologis, alam akhirat itu paralel dengan alam
dunia. Apakah bukti bahwa ia sudah ada di alam paralel? Diceritakan oleh Al
Qur’an sendiri, dalam kisah Mi’raj Nabi saat beliau berada di Sidratul Muntaha.
Ketika berada di langit ke tujuh itulah Rasulullah menyaksikan surga – yang
tentu saja berada di alam akhirat. Alam semesta ini diciptakan oleh Allah
sebanyak tujuh lapis sebagai satu paket. Alam terendahnya disebut sebagai alam
dunia, dan alam tertingginya disebut alam akhirat.
Jadi,
surga-neraka itu sekarang sudah ada di langit ke tujuh. Di alam berdimensi
paling tinggi dalam struktur langit yang ‘berlapis-lapis’. Dalam kosmologi
modern, keberadaan alam berdimensi tinggi ini semakin mendapat perhatian.
Diantaranya, dijelaskan oleh teori String yang telah saya jelaskan panjang
lebar dalam buku serial ke-34: MENGARUNGI ‘ARSY ALLAH.
Alam dunia
adalah ruangan alam berdimensi tiga, sedangkan akhirat adalah ruangan alam
berdimensi sembilan (menurut teori String) atau berdimensi sepuluh (menurut
M-Theory alias teori String yang sudah disempurnakan). Pada prinsipnya,
indikasi adanya alam berdimensi tinggi semakin bisa dijelaskan oleh teori
Kosmologi modern. Dan saya termasuk yang meyakini, kelak hal ini akan terungkap
sebagai kenyataan saintifik.
Perkembangan
teori String diperkirakan akan menggeser teori Einsteinian yang mempersepsi
alam semesta hanya sebagai ruangan ‘alam dunia’ berdimensi tiga. Teori ini
telah terpatahkan di kasus Black-hole, dimana teori gravitasi Einsteinian tidak
mampu menjelaskan adanya gaya gravitasi dalam skala kuantum. Sebuah fenomena
yang justru bisa dijelaskan dengan cukup baik oleh M-Theory. Dan, di gravitasi
tingkat kuantum itulah justru terdapat kunci pemahaman atas adanya alam
berdimensi tinggi. Diperkirakan alam semesta atau alam dunia ini memiliki
lubang-lubang hitam yang menjadi pintu masuk ke alam berdimensi lebih tinggi.
QS. Al Hijr
(15): 14-15
Dan
seandainya Kami bukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit,
lalu mereka terus menerus naik ke atasnya, tentu mereka akan berkata:
"Sesungguhnya pandangan kami menjadi kabur. Dan kami menjadi (seperti)
orang-orang yang terkena sihir."
Keadaan
seperti itulah yang dialami oleh Rasulullah saat beliau berada di alam
berdimensi tinggi – di Sidratul Muntaha. Beliau terpesona melihat keindahan
surga yang tak pernah dilihatnya saat berada di alam berdimensi rendah alias
alam dunia.
QS. An Najm
(53): 14-18
Di Sidratul
Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. Ketika Sidratul Muntaha diliputi
oleh sesuatu (misteri) yang meliputinya. Penglihatan Muhammad tidak berpaling
dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya (terpesona melihat
keindahan alam berdimensi tinggi itu).
Ringkas
kata, saya cuma ingin mengatakan bahwa alam akhirat dan alam dunia ini sudah
ada secara bersamaan sejak diciptakan sampai lenyapnya kelak. Kehidupan manusia
terikat oleh badannya yang hidup di dimensi tiga, tetapi kesadarannya bisa
mengakses alam yang berdimensi tinggi sampai ke Sidratul Muntaha, di mana surga
dan neraka berada. Bahkan, jika batas-batas dimensi langit itu dibukakan
oleh-Nya, tubuh fisik manusia pun bakal bisa memasuki alam-alam berdimensi
tinggi itu. Dan kesadarannya menjadi nanar seperti orang yang terkena sihir,
sebagaimana dijelaskan dalam ayat di atas.
Lantas,
bagaimana kaitannya dengan cerita kiamat? Cerita kiamat yang saya tulis dalam
note ke-2 itu hanya terjadi di planet Bumi. Karena itu, saya sebut sebagai
kiamatnya Bumi, bukan kiamatnya alam semesta. Bumi hanyalah partikel kecil di
‘samudera alam semesta’ yang berisi bermiliar-miliar benda langit. Ada
triliunan bintang dan matahari, yang membentuk miliaran galaksi, dan berisi
planet-planet seukuran bumi dalam jumlah tak berhingga.
Maka, kalau
planet Bumi yang kita huni ini diserbu oleh jutaan meteor dari Kabut Oort,
kejadian itu hanya akan memporak porandakan kehidupan di planet Bumi saja. Atau
maksimum tatasurya kita. Tidak akan mengganggu stabilitas alam semesta yang
sedemikian luasnya. Ibaratnya, kerusakan itu hanya terjadi di sebutir debu yang
bertaburan di sebuah padang pasir nan luas. Di sebutir debu bernama Bumi itulah
6,5 miliar manusia sedang mengalami kiamat atas peradabannya..!
Kita
mengenal peristiwa ini sebagai ‘kiamat sughra’ alias kiamat kecil. Bukan
kiamat besar atau kiamat Kubra berupa hancurnya alam semesta. Tentang kiamat
besar ini akan saya ceritakan dalam note tersendiri. Kiamat Bumi alias
kiamat kecil itulah yang bakal mengantarkan manusia menapaki fase-fase
kehidupan selanjutnya memasuki alam barzakh di dimensi yang lebih tinggi. Dan
kemudian menuju alam akhirat, di dimensi yang lebih tinggi lagi, sebelum ia
lenyap ke dalam Zat Yang Tak Terikat Dimensi: Allah Sang Penguasa Jagat
Semesta...
QS. Az
Zukhruf (43): 85
Dan Maha
Suci Tuhan Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan apa yang ada di antara
keduanya; dan di sisi-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat dan hanya
kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Wallahu
a’lam bishshawab...
~ salam ~
No comments:
Post a Comment