Monday, February 11, 2013
Quote 5
"The middle class doesn't move up because they invest money don't invest in their financial education"
"Orang kelas menengah tidak naik pangkat karena mereka menginvestasikan uang bukan pada investasi pendidikan keuangan mereka"
DUNIA & AKHIRAT ADA SECARA BERSAMAAN
oleh Agus
Mustofa
Setelah
memahami bahwa kehidupan Bumi pasti bakal berakhir, salah satu ‘kata kunci’
dalam memahami buku ‘Akhirat Tidak Kekal’ adalah definisi tentang ‘alam dunia’
dan ‘alam akhirat’. Ini perlu kita pahamkan terlebih dulu, agar persepsi kita
tentang kedua alam ini bertemu dalam satu frame yang sama. Karena kalau
tidak, diskusi kita selanjutnya tidak akan nyambung.
Dalam
menjelaskan ketidak-kekalan akhirat ini saya sengaja tidak menjawab pertanyaan
kawan-kawan secara langsung satu persatu dan sporadis. Karena, hal itu akan
menjadikan diskusi tidak terarah dan berputar-putar tak ada ujung pangkalnya.
Namun, jangan khawatir, pertanyaan yang Anda posting di sini saya catat kok,
dan kemudian saya rangkum dalam jawaban yang terstruktur dalam bentuk notes
secara bersambung, supaya Anda enak membaca dan menyimpulkannya.
Ada yang
bertanya: apakah dunia dan akhirat sudah ada secara bersamaan? Maka, jawaban
saya adalah: IYA. Kedua alam ini sudah ada sekarang, secara bersama-sama,
paralel dalam dimensi yang berbeda. Dari mana sumber informasinya? Tentu saja
dari dalam Al Qur’an, karena istilah alam dunia dan akhirat itu memang berasal
dari Al Qur’an.
Kalau Anda
baca ayat-ayat Al Qur’an, banyak sekali istilah ‘dunia’ dan ‘akhirat’ itu.
Apakah yang dimaksud dengan ‘dunia’? Dalam kamus bahasa Arab kata dunia berasal
dari akar kata ‘danaa’ yang diantaranya bermakna ‘mendekat’ atau ‘dekat
dengan’. Bisa juga bermakna ‘rendah’ dalam kualitas. Maka, rangkuman makna dari
‘alam dunia’ adalah alam yang dekat dan rendah. Ini mengambarkan fisik
sekaligus kualitas ‘dunia’ dalam pandangan Islam.
Sedangkan,
akhirat berasal dari kata ‘akhara’ yang bermakna ‘mengakhirkan’
atau menunda, menangguhkan, melambatkan, menyisakan, dan semacamnya. Sehingga
makna kata ‘alam akhirat’ adalah alam kehidupan yang terakhir. Disinilah
ayat-ayat Al Qur’an dipahami secara kontroversial, bahwa alam akhirat ada yang
memahaminya sebagai alam yang kekal tak punya akhir lagi, karena ia sudah yang
‘paling akhir’. Pada waktunya nanti akan saya tunjukkan, bahwa kehidupan
akhirat memang kehidupan terakhir, tetapi ‘bukan fase terakhir’ drama
penciptaan manusia.
Maka,
tentang posisi dunia dan akhirat itu kita bisa merujuk kepada
informasi-informasi di dalam Al Qur’an. Bahwa dunia adalah alam yang paling
dekat dengan kehidupan kita, yang oleh ayat berikut ini disebut sebagai alam
yang berisi bintang-bintang alias benda-benda langit. Dengan kata lain, selama
alam itu adalah ruangan yang berisi benda-benda langit sebagaimana bisa kita
observasi, itu adalah masih langit dunia.
QS. Al Mulk
(67): 5
Sesungguhnya
Kami telah menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang...
Selain
bermakna kosmologis, alam dunia juga bermakna kehidupan di muka bumi dengan
segala hiruk pikuknya, yang oleh ayat berikut ini disebut sebagai ‘kehidupan
rendah’ dan ‘main-main’ belaka. Sedangkan kehidupan akhirat disebut sebagai
kehidupan yang jauh lebih baik.
QS. Al
An’aam (6): 32
Dan tiadalah
kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh
kehidupan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah
kamu memahaminya?
Di manakah
alam akhirat berada? Secara kosmologis, alam akhirat itu paralel dengan alam
dunia. Apakah bukti bahwa ia sudah ada di alam paralel? Diceritakan oleh Al
Qur’an sendiri, dalam kisah Mi’raj Nabi saat beliau berada di Sidratul Muntaha.
Ketika berada di langit ke tujuh itulah Rasulullah menyaksikan surga – yang
tentu saja berada di alam akhirat. Alam semesta ini diciptakan oleh Allah
sebanyak tujuh lapis sebagai satu paket. Alam terendahnya disebut sebagai alam
dunia, dan alam tertingginya disebut alam akhirat.
Jadi,
surga-neraka itu sekarang sudah ada di langit ke tujuh. Di alam berdimensi
paling tinggi dalam struktur langit yang ‘berlapis-lapis’. Dalam kosmologi
modern, keberadaan alam berdimensi tinggi ini semakin mendapat perhatian.
Diantaranya, dijelaskan oleh teori String yang telah saya jelaskan panjang
lebar dalam buku serial ke-34: MENGARUNGI ‘ARSY ALLAH.
Alam dunia
adalah ruangan alam berdimensi tiga, sedangkan akhirat adalah ruangan alam
berdimensi sembilan (menurut teori String) atau berdimensi sepuluh (menurut
M-Theory alias teori String yang sudah disempurnakan). Pada prinsipnya,
indikasi adanya alam berdimensi tinggi semakin bisa dijelaskan oleh teori
Kosmologi modern. Dan saya termasuk yang meyakini, kelak hal ini akan terungkap
sebagai kenyataan saintifik.
Perkembangan
teori String diperkirakan akan menggeser teori Einsteinian yang mempersepsi
alam semesta hanya sebagai ruangan ‘alam dunia’ berdimensi tiga. Teori ini
telah terpatahkan di kasus Black-hole, dimana teori gravitasi Einsteinian tidak
mampu menjelaskan adanya gaya gravitasi dalam skala kuantum. Sebuah fenomena
yang justru bisa dijelaskan dengan cukup baik oleh M-Theory. Dan, di gravitasi
tingkat kuantum itulah justru terdapat kunci pemahaman atas adanya alam
berdimensi tinggi. Diperkirakan alam semesta atau alam dunia ini memiliki
lubang-lubang hitam yang menjadi pintu masuk ke alam berdimensi lebih tinggi.
QS. Al Hijr
(15): 14-15
Dan
seandainya Kami bukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit,
lalu mereka terus menerus naik ke atasnya, tentu mereka akan berkata:
"Sesungguhnya pandangan kami menjadi kabur. Dan kami menjadi (seperti)
orang-orang yang terkena sihir."
Keadaan
seperti itulah yang dialami oleh Rasulullah saat beliau berada di alam
berdimensi tinggi – di Sidratul Muntaha. Beliau terpesona melihat keindahan
surga yang tak pernah dilihatnya saat berada di alam berdimensi rendah alias
alam dunia.
QS. An Najm
(53): 14-18
Di Sidratul
Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. Ketika Sidratul Muntaha diliputi
oleh sesuatu (misteri) yang meliputinya. Penglihatan Muhammad tidak berpaling
dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya (terpesona melihat
keindahan alam berdimensi tinggi itu).
Ringkas
kata, saya cuma ingin mengatakan bahwa alam akhirat dan alam dunia ini sudah
ada secara bersamaan sejak diciptakan sampai lenyapnya kelak. Kehidupan manusia
terikat oleh badannya yang hidup di dimensi tiga, tetapi kesadarannya bisa
mengakses alam yang berdimensi tinggi sampai ke Sidratul Muntaha, di mana surga
dan neraka berada. Bahkan, jika batas-batas dimensi langit itu dibukakan
oleh-Nya, tubuh fisik manusia pun bakal bisa memasuki alam-alam berdimensi
tinggi itu. Dan kesadarannya menjadi nanar seperti orang yang terkena sihir,
sebagaimana dijelaskan dalam ayat di atas.
Lantas,
bagaimana kaitannya dengan cerita kiamat? Cerita kiamat yang saya tulis dalam
note ke-2 itu hanya terjadi di planet Bumi. Karena itu, saya sebut sebagai
kiamatnya Bumi, bukan kiamatnya alam semesta. Bumi hanyalah partikel kecil di
‘samudera alam semesta’ yang berisi bermiliar-miliar benda langit. Ada
triliunan bintang dan matahari, yang membentuk miliaran galaksi, dan berisi
planet-planet seukuran bumi dalam jumlah tak berhingga.
Maka, kalau
planet Bumi yang kita huni ini diserbu oleh jutaan meteor dari Kabut Oort,
kejadian itu hanya akan memporak porandakan kehidupan di planet Bumi saja. Atau
maksimum tatasurya kita. Tidak akan mengganggu stabilitas alam semesta yang
sedemikian luasnya. Ibaratnya, kerusakan itu hanya terjadi di sebutir debu yang
bertaburan di sebuah padang pasir nan luas. Di sebutir debu bernama Bumi itulah
6,5 miliar manusia sedang mengalami kiamat atas peradabannya..!
Kita
mengenal peristiwa ini sebagai ‘kiamat sughra’ alias kiamat kecil. Bukan
kiamat besar atau kiamat Kubra berupa hancurnya alam semesta. Tentang kiamat
besar ini akan saya ceritakan dalam note tersendiri. Kiamat Bumi alias
kiamat kecil itulah yang bakal mengantarkan manusia menapaki fase-fase
kehidupan selanjutnya memasuki alam barzakh di dimensi yang lebih tinggi. Dan
kemudian menuju alam akhirat, di dimensi yang lebih tinggi lagi, sebelum ia
lenyap ke dalam Zat Yang Tak Terikat Dimensi: Allah Sang Penguasa Jagat
Semesta...
QS. Az
Zukhruf (43): 85
Dan Maha
Suci Tuhan Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan apa yang ada di antara
keduanya; dan di sisi-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat dan hanya
kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Wallahu
a’lam bishshawab...
~ salam ~
Location:
Genteng 68465, Indonesia
Sunday, February 10, 2013
APA PUN YANG TERJADI, BUMI PASTI MATI
oleh Agus
Mustofa
Suatu ketika
di tahun 1988, saya membaca koran Jawa Pos di halaman Opini. Salah seorang
wartawannya menulis cerita tentang ‘Kematian Bumi’, yang membuat saya tergerak
untuk menanggapinya. Waktu itu, saya memang belum menjadi wartawan koran
terbesar di wilayah timur itu. Tanggapan saya pun bak gayung bersambut, dan
memunculkan polemik berbulan-bulan dengannya. Kami beradu argumentasi tentang
kemungkinan matinya planet Bumi. Intinya, bagaimana pun caranya, planet Bumi
ini pasti akan mengalami kematian alias kiamat.
Ada beberapa
penyebab yang bisa mematikan peradaban di muka bumi ini. Diantaranya adalah
kalau terjadi perang nuklir. Jika semua negara yang punya bom nuklir bertarung,
maka hasilnya tidak akan ada yang menang. Semuanya kalah, karena akan terjadi
kehancuran yang sangat fatal, ribuan kali lebih fatal dibandingkan apa yang
terjadi di Nagasaki dan Hiroshima saat Perang Dunia II. Itulah sebabnya, tidak
ada negara – blok Barat maupun blok Timur – yang berani menyulut perang nuklir.
Paling banter hanya gertak-gertakan belaka. Termasuk kepada Iran sekarang ini,
yang diduga sudah bisa memproduksi bahan bakar bom Nuklir sendiri.
Penyebab
lainnya, planet Bumi akan mengalami kematian jika sumber energi utamanya, yakni
matahari mengalami masalah serius. Misalnya tiba-tiba terjadi ledakan dahsyat
yang lidah apinya menjulur sampai ke Bumi. Planet yang ‘hanya’ berjarak 150
juta kilometer dari gumpalan api raksasa bernama matahari ini dijamin bakal
‘gosong’ kayak sate kelamaan dipanggang. Atau sebaliknya, ketika matahari itu
kelak padam karena bahan bakarnya habis, planet Bumi bakal mati kedinginan.
Meskipun, itu baru akan terjadi miliaran tahun lagi. Tetapi, yang demikian ini
adalah sebuah keniscayaan yang trennya bisa dihitung dengan sederhana.
Penyebab
lainnya lagi, peradaban di muka Bumi bakal mengalami catastrophe alias
kiamat jika Bumi diserbu oleh bebatuan dari luar angkasa yang memang begitu
banyak berseliweran di angkasa sana. Salah satu diantaranya adalah yang berasal
dari kabut Oort – kumpulan miliaran batu komet yang bergerombol dan ‘bergerak
secara akrobatik’ di luar tatasurya kita. Komet-komet itu diperkirakan sudah
memberi masalah beberapa kali ke planet Bumi, dan menghasilkan kiamat-kiamat di
masa lalu. Diantaranya, terjadi di zaman dinosaurus. Saat itu, gerombolan
dinosaurus pun mengalami kepunahan massal.
Dan
seterusnya, kemungkinan-kemungkinan matinya Bumi itu menjadi pembahasan yang
sangat menarik selama berbulan-bulan. Meskipun berbeda sudut pandang, kami
tetap memiliki keyakinan yang sama bahwa bagaimana pun caranya, Bumi suatu ketika
pasti akan mengalami kematiannya. Setidak-tidaknya jika matahari sudah
kehabisan bahan bakarnya, dan kemudian meledak sebagai supernova yang menelan
benda-benda langit di sekitarnya. Termasuk Bumi.
Maka, secara
sederhana bisa disimpulkan bahwa kiamat Bumi adalah sebuah keniscayaan. Pasti
terjadi, entah kapan. Cuma soal waktu saja. Pemahaman tentang trend inilah yang
menjadi landasan keyakinan kita semua tentang kebenaran Al Qur’an, bahwa kiamat
itu pasti terjadi. Meskipun waktunya dirahasiakan oleh-Nya. Kiamatnya Bumi,
oleh Al Qur’an diceritakan sebagai catastrophe peradaban diakibatkan
oleh serbuan bebatuan dari luar angkasa. Diperkirakan gerombolan bebatuan itu
datang dari kawasan kabut Oot tersebut. Allah menginformasikan dalam sejumlah
ayat berikut ini.
QS. Thaahaa
(20): 15
Segungguhnya
hari KIAMAT itu pasti datang. Aku MERAHASIAKAN (waktunya) agar tiap-tiap diri
dibalas dengan apa yang ia usahakan (selama hidup di dunia).
QS. Al Mulk
(67): 16-17
Apakah kamu
merasa aman terhadap yang di langit bahwa Dia akan MENJUNGKIR-BALIKKAN bumi
bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang? Atau apakah kamu
merasa aman terhadap yang di langit bahwa Dia akan MENGIRIMKAN BADAI BERBATU.
Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (dahsyatnya) peringatan-Ku?
Dalam buku
‘Ternyata Akhirat Tidak Kekal’, saya menjelaskan secara lebih detil tentang
suasana kehancuran peradaban Bumi disebabkan oleh Badai Berbatu yang dikirim
dari luar angkasa itu. Digambarkan oleh ayat di atas, planet Bumi sampai
terjungkir balik dibuatnya. Ini menunjukkan dahsyatnya serbuan bebatuan
tersebut.
Untuk bisa
menjungkirbalikkan planet Bumi, mestinya bukan hanya bebatuan kecil yang
menyerbu Bumi, melainkan ada bebatuan raksasa yang ketika bertabrakan dengan
planet ini bisa sampai menggoncang sumbu rotasinya, dan menjadi terjungkir –
kutub utara terbalik menjadi kutub selatan. Efeknya, Bumi bakal berotasi secara
terbalik dari arah timur ke barat. Sehingga matahari yang biasanya terlihat
terbit di timur akan menjadi terlihat terbit dari barat. Persis dengan prediksi
Rasulullah yang mengatakan bahwa di hari kiamat kelak matahari bakal terbit
dari barat.
Bukan hanya
terjungkir balik, menurut ayat di atas, Bumi bakal berguncang-guncang dahsyat
disebabkan oleh serbuan badai berbatu itu. Jika batu yang datang hanya
berukuran kecil sampai sedang, efeknya tidak akan begitu terasa. Paling-paling
bebatuan itu terbakar oleh Atmosfer bumi dan hangus sebagai meteorit. Tetapi,
jika batu yang datang berukuran minimal berdiameter 1 kilometer, efeknya akan
benar-benar menghancurkan. Apalagi jumlahnya banyak.
Ada lima
efek catastrophic yang bakal terjadi. Yang pertama, batu raksasa itu
akan memunculkan angin badai saat memasuki atmosfer Bumi. Ibaratnya kita naik
sepeda motor berpapasan dengan bus yang melaju kencang, maka kita akan terkena
hembusan angin kencang yang ditimbulkannya. Demikian pula jika ada batu raksasa
memasuki atmosfer Bumi, akan terjadi turbulensi udara yang bukan main besarnya
di sepanjang lintasan jatuhnya batu itu.
Saat batu datang,
udara akan terdesak ke segala arah. Dan ketika batu sudah lewat, udara akan
berbalik arah mengisi kekosongan di jalur yang dilintasinya. Maka, udara akan
teraduk-aduk di sepanjang lintasan batu, sampai menghantam permukaan bumi. Dan,
gedung-gedung yang berada di lintasan batu itu akan ambruk terkena turbulensi
udara yang mengerikan.
Yang kedua,
lintasan batu bukan hanya menghasilkan badai, melainkan juga membakar udara
akibat gesekan kencang antara batu dengan atmosfer. Suhunya ribuan derajat di sepanjang
lintasannya. Dan menghasilkan pemandangan seperti panah api raksasa yang
melintasi langit. Celakanya, panah-panah api raksasa berdiameter di atas 1 km
itu bergerak menuju ke permukaan bumi, menghajar kota-kota padat penduduk.
Selain hancur karena angin badai, gedung-gedung dan seluruh isi kota itu bakal
hangus terbakar oleh udara yang membara.
Yang ketiga,
langit akan terlihat gelap sebagaimana diceritakan oleh Al Qur’an. Karena,
bebatuan angkasa yang terbakar di langit itu meninggalkan abu yang bertebaran
di sepanjang lintasan. Atmosfer Bumi akan diselimuti awan gelap, dan cahaya
matahari tidak bisa masuk karena terhalang oleh partikel-partikel debu yang
berhamburan dimana-mana.
Yang
keempat, batu-batu raksasa itu bakal meluncur terus ke permukaan Bumi menjadi
malapetaka yang tak terbayangkan. Jika jatuh di daratan, ia bakal menghasilkan
gempa di atas 9 skala Richter. Permukaan kerak Bumi bakal bergetar dan
menghasilkan gelombang permukaan tanah yang meruntuhkan bangunan-bangunan di
atasnya. Mirip dengan riak gelombang air saat ada batu yang dicemplungkan ke
kolam. Bedanya, ini bukan gelombang air, melainkan gelombang kerak Bumi.
Saking
kerasnya tumbukan yang terjadi, batu itu diperkirakan akan amblas ke dalam
perut Bumi. Dan mendesak kantong-kantong magma sehingga meluap lewat
gunung-gunung berapi. Maka, di hari kiamat itu, sebagaimana digambarkan Al
Qur’an, gunung-gunung berapi bakal meletus dimana-mana, memuntahkan isi
perutnya.
Yang kelima,
jika bebatuan itu jatuh di lautan, bakal menghasilkan Tsunami dengan gelombang
setinggi puluhan meter. Gelombang Tsunami itu akan bergerak ke daratan dan
menghajar pantai-pantai di seluruh dunia, menghapus kehidupan di sekitarnya..!
Pendek kata,
kiamat Bumi adalah sebuah keniscayaan yang bakal terjadi. Suasananya
diceritakan oleh Al Qur’an dengan sangat mengerikan. Bumi berguncang, lautan
meluap-luap, langit gelap, batu-batu pijar berjatuhan dimana-mana, letusan
gunung-gunung susul-menyusul, dan miliaran tubuh manusia terhambur ke angkasa
seperti gerombolan serangga yang beterbangan.
Kenapa bisa
begitu? Sesungguhnyalah planet Bumi ini ibarat pesawat ruang angkasa yang
sedang melesat di awang-awang alam semesta. Kecepatan melintasi orbit
revolusinya adalah sekitar 100.000 km/ jam. Penumpangnya sekitar 6,5 miliar
manusia, berada di 'kabin yang terbuka'. Maka, bisakah Anda bayangkan jika
kendaraan yang kita tumpangi ini bertabrakan dengan benda langit, sehingga
berhenti 1 detik saja?
Efeknya,
sama dengan sebuah truk yang membawa penumpang di bak terbuka, lantas menabrak
pohon dengan kecepatan 100 km/ jam. Apa yang terjadi? Truk itu terhenti sesaat
ketika menabrak pohon, dan penumpangnya akan mencelat ke angkasa dengan
kecepatan 100 km/ jam. Jika itu terjadi pada planet Bumi, maka saat Bumi ini
terhenti oleh tabrakannya dengan batu angkasa – 1 detik saja – seluruh
penumpangnya akan terhambur ke angkasa dengan kecepatan yang bukan main
kencangnya: 100.000 km/ jam..!
QS. Al
Zalzalah (99): 1-3
Ketika Bumi
digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat). Dan Bumi mengeluarkan benda-benda
berat (isi perut)-nya. Dan manusia bertanya-tanya: ‘’Ada apa dengannya?’’
QS. Al
Infithaar (82): 1-3
Apabila
langit (atmosfer) terbelah-belah. Dan ketika bintang-bintang (batu pijar)
berjatuhan di mana-mana. Dan bila lautan meluap-luap.
QS. Al
Qaari’ah (101): 1-5
Hari Kiamat.
Apakah hari Kiamat itu? Dan tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? (itulah) hari
dimana manusia terhambur (ke angkasa) seperti serangga yang beterbangan. Dan
gunung-gunung menjadi seperti bulu yang ditebar-tebarkan...
~ salam ~
Quote 4
“Does your home environment support you becoming rich? If
the answer is no, then find new environment”
“Apakah lingkungan tempat tinggal Anda mendukung Anda
menjadi kaya? Jika jawabannya tidak, maka carilah lingkungan yang baru”
Subscribe to:
Posts (Atom)