oleh Agus
Mustofa ·
~ MENCOBA
MEMAHAMI EKSISTENSI SEMESTA~
Ada sebuah
film presentasi yang menunjukkan bahwa ternyata manusia hanyalah sebutir debu
dalam eksistensi alam semesta. Sebuah kamera dipasang mengarah ke sosok manusia
pada jarak 1 meter. Maka, sosok manusia itu pun kelihatan cukup besar di dalam
monitor kamera. Closed up. Lantas, kamera itu dijauhkan perlahan ke arah
angkasa, secara terus menerus.
Pada jarak
10 meter, sosok manusia itu tidak lagi mendominasi layar monitor. Selain si
manusia, ternyata kelihatanlah pemandangan di sekitarnya. Ada batu, pohon,
kursi, dan taman. Lantas, kamera itu dijauhkan lagi menjadi setinggi 100 meter.
Sang manusia menjadi kelihatan semakin kecil, berada di dalam sebuah taman yang
besar. Yang lebih dominan adalah pepohonan dan benda-benda besar di sekitarnya.
Pada jarak
1000 meter alias 1 km, sosok manusia itu mulai tidak jelas. Hanya terlihat
sebagai bintik kecil yang bergerak-gerak. Dan tamannya pun mulai kelihatan
kecil pula. Yang mulai kelihatan dominan adalah kawasan kota. Kemudian, kamera
ditarik menjauh lagi ke angkasa. Pada jarak 10 km, kawasan itu pun menjadi
semakin kecil. Yang tampak adalah sebuah kota dengan permukimannya. Sedangkan
sang manusia, sudah tidak kelihatan lagi...!
Jika kamera
itu terus dinaikkan ke angkasa, pada jarak 1000 km, kamera sudah berada di
lapisan paling luar atmosfer Bumi. Yang kelihatan di layar monitornya adalah
permukaan planet Bumi yang melengkung. Dan, seterusnya semakin jauh, yang
kelihatan adalah planet Bumi beserta satelitnya, yakni Bulan.
Kemudian
berturut-turut, semakin jauh kamera, akan kelihatan tata surya yang berisi
delapan planet dengan lintasan orbitnya dan berbagai satelit, asteroid, dan
bebatuan angkasa. Lantas, kelihatanlah matahari sebagai pusatnya. Dan
bintang-bintang yang bertaburan berjumlah miliaran. Yang ketika semakin jauh,
akan kelihatan sebagai bintik-bintik cahaya terang dalam kegelapan alam
semesta. Berkelap-kelip di dalam jagad raya yang tak kelihatan batasnya.
Semakin
menjauh, di jarak sekitar 1000.000.000.000.000.000 Km (10^18 km), kelihatanlah
galaksi Bima Sakti. Yakni gerombolan matahari, dimana tatasurya dan Bumi kita berada.
Dimana, sosok manusia yang kita amati tersebut telah ’terlupakan’ karena sudah
tak ada bekasnya. Sudah lenyap dari pandangan mata. Teruskanlah, kamera semakin
menjauh ke kedalaman langit, pada jarak 100.000.000.000.000.000.000 (10^20 Km)
dan selebihnya, yang terlihat adalah samudera kegelapan alam semesta yang cuma
berisi bintik-bintik cahaya disana-sini, yang kita kenal sebagai bintang atau
pun gugusan bintang atau pun galaksi-galaksi yang berkedap-kedip lemah.
Ternyata kawasan
gelap alam semesta demikian luasnya. Jauh lebih luas dibandingkan kawasan
terangnya. Dengan kata lain, misteri kegelapan realitas ini jauh lebih dahsyat
tak terukur dibandingkan dengan segala yang sudah diketahui oleh manusia. Ya,
ternyata alam semesta lebih didominasi oleh ’kegelapan malam’ dibandingkan
terangnya cahaya...
Sekarang,
marilah kameranya kita gerakkan mendekat kembali ke Bumi. Maka, secara
berurutan kita akan melihat benda-benda yang kita tinggalkan tadi mendekat
kembali. Kelihatanlah miliaran galaksi dalam jarak yang semakin dekat. Kemudian
muncul galaksi Bima Sakti. Disusul gerombolan tatasurya, planet-planet dan
satelitnya. Dan akhirnya sampai di bagian luar planet Bumi.
Kamera terus
mendekat pada jarak 1000 km, saat ia berada di bagian luar atmosfer. Terus
mendekat sejarak 100 km, 10 km, 1 km, 10 meter, dan akhirnya 1 meter, dimana
sosok manusia terlihat closed up kembali...
Tapi, jangan
berhenti. Dekatkan terus kamera itu ke arah sosok manusia tersebut, sehingga
berjarak 10 cm. Apakah yang terlihat? Jika resolusi lensanya sangat bagus, Anda
akan bisa melihat permukaan kasar kulit manusia. Pori-porinya dan bulu-bulu
rambut di permukaan kulitnya.
Dekatkan
lagi, pada jarak 1 cm. Maka, pori-porinya akan semakin kelihatan jelas. Dan
keriput-keriput kulit kita terlihat demikian gamblang. Dekatkan lagi sejarak 1
mm. Jika lensanya didesain beresolusi sangat tinggi, akan kelihatan jaringan
sel-sel tubuh kita. Mendekatlah sampai sejarak 10^(-4) meter alias 1/10.000
meter alias 100 micron akan semakin jelas ’betapa jeleknya’ kulit kita yang
kelihatan halus itu. Dan kemudian kita akan mulai bisa melihat sel-sel tubuh
kita sendiri.
Pada jarak 1
micron alias 1/sejuta meter akan kelihatan isi selnya. Bahkan mulai kelihatan
pilinan-pilinan chromosom dan untai genetika. Itu berlangsung sampai sejarak
10^(-8) alias 100 angstroms. Jika kita mendekat lagi sampai sejarak 10
angstroms, mulai kelihatan gerombolan molekul-molekul penyusun sel. Dan pada
jarak yang lebih dekat lagi sampai 0,01 Angstrom kita akan bertemu dengan atom-atom
yang memiliki ruang-ruang gelap antar-orbit elektronnya. Mirip saat berada di
luar angkasa, di jarak antar-planet, bintang dan galaksi.
Lebih dekat
dari itu, pada jarak 0,001 A, kita mulai bisa melihat isi atom yang terdiri
dari partikel-partikel subatomik. Semakin mendekati, di jarak 0,0001 A, kita
akan bertemu dengan penyusun inti atom seperti proton, neutron, dan berbagai
partikel elementer lainnya. Jika diteruskan lagi lebih dekat dari 0,00001 A,
maka yang tampak hanyalah kegelapan alam mikrokosmos. Persis seperti kegelapan
alam makrokosmos di luar angkasa sana.
Jadi, akhir
dari perjalanan Makrokosmos ke luar angkasa itu ternyata hanya akan
mempertemukan kita dengan kegelapan tiada bertepi, seluas miliaran tahun
cahaya. Sebaliknya, perjalanan ke mikrokosmos juga ternyata berakhir dengan
kegelapan yang tidak ada batasnya, sampai mendekati ketiadaan di ukuran nol
ruang alam mikro..!
Ke luar
angkasa luas bertemu dengan Misteri yang sangat mencengangkan, ke dalam
alam mikro juga bertemu dengan Misteri yang menggiriskan. Kesana bertemu
’Kegelapan’ dan ketidak-tahuan, kesini bertemu ’Kegelapan’ dan
ketidak-mengertian. Menjauh bertemu dengan ’Kekosongan’, dan mendekat
juga bertemu dengan ’Kekosongan’.
Dan di
sepanjang perjalanan dari ’Kekosongan’ menuju ’Kekosongan’ itu kita menemukan
’Isi’ alam semesta yang teratur demikian rapi, dalam keseimbangan dan harmoni
yang tiada terkira indahnya. Oh, siapakah Dia yang sedang ’bermain-main’
mengisi segala kekosongan realitas alam semesta ini? Dimana Dia sedang
menunjukkan kedahsyatan Kekuasaan yang tiada terkira. Dialah Sang Maha Berilmu
lagi Maha Bijaksana: Allah Azza wajalla...
QS. Al Mulk
(67): 3-4
Yang telah menciptakan
tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan
Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak harmonis?
Kemudian cermatilah
sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak
menemukan sesuatu cacat, bahkan penglihatanmu akan kembali dalam
keadaan yang meletihkan.
QS.Adz
Dzaariyat (51): 20-21
Dan di bumi
itu terdapat tanda-tanda (eksistensi Allah) bagi orang-orang yang yakin,
dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
QS. Al
Infithaar (82): 6-7
Hai manusia,
apakah yang telah membuatmu ingkar terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang
telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan
menjadikan (susunan tubuh)mu demikian harmonis?
Wallahu
a'lam bishshawab
~ salam ~
No comments:
Post a Comment