oleh Agus
Mustofa
BAGI umat
Islam belajar sains adalah ibadah. Karena sains itu sendiri adalah perwujudan
dari ilmu Allah di alam semesta, yang disebut sebagai ayat-ayat KAUNIYAH.
Karena itu, wahyu yang pertama turun kepada Rasulullah SAW adalah perintah
membaca – IQRA’. Dan wahyu keduanya adalah AL QALAM (Pena). Jadi, betapa
eksplisitnya Allah memberikan perhatian kepada ilmu pengetahuan terkait dengan
proses beragama Islam.
Itulah yang
saya tuliskan dalam note sebelumnya sebagai MENTAUHIDKAN ilmu pengetahuan.
Bahwa agama dan ilmu bukanlah sesuatu yang terpisah. Apalagi bertabrakan. Tidak
ada seorang muslim pun yang sudah memahami agamanya dengan baik, menabrakkan
agama dan sains. Menabrakkan agama dan sains itu adalah pekerjaan orang-orang
sekuler, termasuk di dalamnya Atheis. Karena itu, notes ini saya beri tema:
Sekularisme vs Ketauhidan. Yang satu memisahkan agama & sains, yang lainnya
menjadikannya dalam satu tarikan nafas sebagai praktek keagamaannya.
Cikal bakal
paham sekuler yang memisahkan agama dengan sains itu sebenarnya diawali di
Eropa, dimana agama yang dominan waktu itu adalah Kristen dengan kekuasaan
gereja yang hampir tidak ada batasnya. Pemberontakan terhadap kekuasaan gereja
dengan segala hegemoninya itulah yang memunculkan ilmuwan-ilmuwan sekuler
penentang ajaran Kristen. Termasuk pemberontakan mereka terhadap ajaran agama
yang dianggapnya tidak ‘ilmiah’. Karena bertentangan dengan sains. Sehingga
memunculkan tragedi Galileo, misalnya.
Hal semacam
ini tidak terjadi di dalam sejarah Islam. Agama Islam tidak pernah memisahkan
agama dari ilmu pengetahuan. Apalagi membunuhi ilmuwan. Alih-alih menghukumnya,
para khalifah malah mendukung perkembangannya. Sehingga bermunculanlah
tokoh-tokoh ilmu pengetahuan kelas dunia di zaman keemasan Islam, dengan
fasilitas-fasilitas penelitian yang sangat maju di masanya.
Diantaranya
yang sering kita dengar adalah Al-Fazari, Astronom Islam yang pertama kali
menyusun astrolobe. Al-Farghani alias Al-Faragnus, penulis ringkasan ilmu
astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan
Johannes Hispalensis.
Di bidang
kedokteran kita kenal nama Ar-Razi dan Ibnu Sina. Ar-Razi adalah penemu
penyakit cacar dan penyusun buku kedokteran anak pertama kalinya. Sedangkan
Ibnu Sina adalah seorang filosof penemu sistem peredaran darah pada manusia.
Salah satu karyanya, al-Qonun fi al-Thibb merupakan ensiklopedi kedokteran
paling besar dalam sejarah.
Di bidang
optikal, Abu Ali al-Hasan ibn al-Haitsami alias Alhazen adalah fisikawan yang
berpendapat untuk pertama kalinya bahwa bukan mata yang mengirim cahaya ke
benda, melainkan bendalah yang mengirim cahaya ke mata.
Dalam ilmu
kimia, Jabir ibn Hayyan adalah tokoh terkenalnya. Sedangkan di bidang
matematika dikenal nama Muhammad ibn Musa al-Khwarizmi, yang juga mahir dalam
bidang astronomi. Dialah pencipta ilmu Aljabar. Kata Aljabar berasal dari judul
bukunya, al-Kitab al-Mukhtashor fi Hisab al-Jabr wa al-Muqobalah
Dalam ilmu
sejarah terkenal nama al-Mas'udi. Dia juga ahli Geografi yang mengarang buku
Muuruj al-Zahab wa Ma’adin al-Jawahir. Sementara itu, di bidang filsafat ada
tokoh-tokoh terkenal seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibn Rusyd. Al-Farabi
banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan
interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Sedangkan Ibn Sina mengarang
asy-Syifa'. Ibn Rusyd yang di Barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak
mempengaruhi pola pikir Barat sehingga di sana ada aliran Averroisme. Dan
lain-lainya. Dan seterusnya.
Maka,
menjadi ‘tidak nyambung’ memang, jika ada bantahan yang mempertentangkan antara
‘agama’ dengan sains dialamatkan kepada umat Islam. Itu sama saja dengan
mempertentangkan antara pohon dengan batang, atau cabang, atau ranting-ranting.
Lha ya nggak klop-lah… :(
Bagi umat
Islam mempelajari ilmu pengetahuan adalah ibadah. Dan bernilai pahala. Karena,
sains tak lebih hanyalah ALAT untuk memahami ilmu-ilmu Allah yang dihamparkan
di alam semesta. Ratusan ayat ilmu pengetahuan yang bertaburan di dalam Al
Qur’an, dan mendorong umat Islam agar melakukan pembuktian-pembuktian secara
saintifik. Misalnya, ayat populer berikut ini.
QS. Al
Ghaasiyah (88): 17-20
Maka apakah
mereka tidak MENGOBSERVASI unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana
ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana
ia dihamparkan?
QS. An Nahl
(16): 79
Tidakkah
mereka MENGOBSERVASI burung-burung yang dimudahkan TERBANG di angkasa bebas.
Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (pelajaran) bagi orang-orang yang
beriman.
QS. Asy
Syu’araa (26): 7
Dan apakah
mereka tidak MENGOBSERVASI bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu
pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?
QS. Al
Qashash (28): 72
Katakanlah:
"Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus
menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan
malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak
MENGOBSERVASINYA?"
QS. Luqman
(31): 31
Tidakkah
kamu MENGOBSERVASI bahwa sesungguhnya KAPAL itu BERLAYAR di laut dengan nikmat
Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (ilmu)-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(pelajaran) bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.
QS. As
Sajdah (32): 27
Dan apakah
mereka tidak MENGOBSERVASI, bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung)
air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanam-tanaman
yang daripadanya (dapat) makan binatang-binatang ternak mereka dan mereka
sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan?
QS. Yaa Siin
(36): 77
Dan apakah
manusia tidak MENGOBSERVASI bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani),
maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!
QS. Az Zumar
(39): 21
Apakah kamu
tidak MENGOBSERVASI, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan AIR dari langit, maka
diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air
itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu
kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur
berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
QS. Al
Mukmin (40): 21
Dan apakah
mereka tidak mengadakan PERJALANAN di muka bumi, lalu memperhatikan bagaimana
kesudahan orang-orang sebelum mereka. Mereka itu lebih hebat kekuatannya
daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas SEJARAH mereka di muka bumi,
maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak
mempunyai seorang pelindung pun dari azab Allah.
QS. Muhammad
(47): 24
Maka apakah
mereka tidak MENGOBSERVASI Al Qur'an ataukah hati mereka terkunci?
QS. Adz
Dzaariyat (51): 21
dan (juga)
pada DIRIMU sendiri. Maka apakah kamu tidak MENGOBSERVASINYA?
QS. Al Mulk
(67): 19
Dan apakah
mereka tidak MENGOBSERVASI burung-burung yang MENGEMBANGKAN dan mengatupkan
SAYAP-nya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya selain Yang Maha Pemurah.
Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.
QS. Abasa
(80): 24
maka
hendaklah manusia itu memperhatikan MAKANAN-nya.
QS. Ath
Taariq (86): 5
Maka
hendaklah manusia memperhatikan DARI APA dia diciptakan?
Dan
sebagainya, dan seterusnya. Demikian banyak ayat-ayat motivasi untuk melakukan
penelitian dan pembelajaran ilmu pengetahuan. Kualitas keislaman seseorang dan
penghambaannya kepada Allah sangat terkait dengan ilmu pengetahuannya. Sehingga
Allah menyebut ‘HANYA’ para ILMUWAN-lah yang benar-benar ‘takut’ kepada Allah.
Yang bukan ilmuwan (ulama), takutnya hanya sekedar pura-pura takut, atau
ditakut-takutkan, atau dipaksa takut.
QS. Faathir
(35): 27-28
Tidakkah
kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan
dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara
gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya
dan ada yang hitam pekat.
Dan demikian
(pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak
ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Sesungguhnya yang TAKUT kepada
Allah di antara hamba-hamba-Nya, HANYA-lah para ULAMA (ilmuwan). Sesungguhnya
Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun.
Maka,
ringkas kata, dalam Islam tidak ada pemisahan alias sekulerisme antara agama
dan sains. Pembelajaran ilmu pengetahuan justru digunakan untuk menyempurnakan
proses berserah diri kepada Allah sebagai puncak kualitas seorang muslim.
Bahwa, kemudian ada yang menuduh Islam sebagai agama dogmatis dan doktrinal
yang berlawanan dengan sains, yaah itu hak orang untuk bicara apa saja.
Umat Islam lebih baik menanggapinya dengan berbesar hati. Kebenaran adalah
milik Allah, dan kelak akan Dia buktikan sendiri kepada seluruh manusia. Umat
Islam diajari untuk rendah hati, dan memaafkan ‘ketidak-tahuan’ mereka dengan cara-cara
yang baik… :)
QS. Al Hijr
(15): 85-86
Dan tidaklah
Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan
dengan benar. Dan sesungguhnya (kebenaran) hari kiamat itu pasti akan datang,
maka MAAFKANLAH (mereka) dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah
Yang Maha Pencipta lagi Maha MENGETAHUI.
~ Salam
Mentauhidkan Ilmu Pengetahuan ~
No comments:
Post a Comment